Diskriminasi dan dianggap lemah? Simak gimana cara Karin dan Cecil memaknai women empowerment sebagai Kartini Modern lewat artikel ini!
“Habis Gelap Terbitlah Terang”, siapa yang udah nggak asing dengan kalimat tersebut? Betul, kalimat tersebut merupakan judul buku terbitan tahun 1911 yang ditulis oleh salah seorang pelopor perjuangan emansipasi perempuan Indonesia, yaitu Raden Ajeng Kartini.
Tanggal 21 April diperingati sebagai Hari Kartini untuk menghormati jasa-jasa R.A. Kartini yang semasa hidupnya telah berjuang agar para perempuan Indonesia bisa mendapatkan kesetaraan dalam status sosial, otonomi, hak untuk memperoleh pendidikan, sekaligus kesetaraan di mata hukum dan negara. Pada masa itu, perempuan dianggap sebagai sosok yang lemah dan kedudukannya berada “di bawah” laki-laki, sehingga perempuan sering kali dicurangi hak-haknya.
R.A. Kartini mungkin sudah berpulang, tapi semangat juangnya masih terus diwariskan kepada para perempuan penerus bangsa. Di era sekarang ini, proses untuk memperjuangkan hak-hak perempuan bisa dilakukan melalui banyak cara.
Yuk, simak apa dan gimana sih women empowerment sebagai Kartini Modern bersama Karin dan Cecil lewat artikel berikut ini!
Table of Contents
- 1 Makna “Kartini” bagi Karin dan Cecil
- 2 Makna “Women Empowerment” bagi Karin dan Cecil
- 3 Pengalaman Merasa Kurang Percaya Diri sebagai Seorang Perempuan
- 4 Pengalaman Diskriminasi sebagai Seorang Perempuan
- 5 Hal yang Dilakukan untuk Menumbuhkan Rasa Percaya Diri dan Self-Love
- 6 Sosok “Kartini Modern” yang Jadi Inspirasi di Era Sekarang
- 7 Cara Karin dan Cecil Memaknai Hari Kartini di Era Sekarang
Makna “Kartini” bagi Karin dan Cecil
“Selamat Hari Kartini untuk seluruh perempuan Indonesia! Ayo terus mencapai impian dan meraih kesuksesan. Jangan sampai stereotip dan ekspektasi orang lain menghalangi kita untuk mengembangkan potensi kita sendiri. Teruslah menjadi sumber kekuatan dan inspirasi bagi sesama perempuan di sekitar kita. Be confident and be proud of yourself. Kita pasti bisa! 💖”
Maria Clarin, 2023.
Bagi Karin, “Kartini” adalah sosok pahlawan wanita yang telah berjuang untuk kesetaraan dan keadilan bagi semua orang. Kartini menunjukkan bahwa kita sebagai seorang perempuan itu bisa melakukan apa saja apabila kita memiliki tekadnya. Kartini juga melambangkan semangat perjuangan yang mengingatkan kita untuk tidak mudah menyerah dalam memperjuangkan keadilan terutama untuk para wanita.
Sementara itu, menurut Cecil, sedari kecil ia diajarkan bahwa Kartini adalah sosok pahlawan bagi kaum perempuan. Apabila Kartini tidak ada, maka kaum perempuan mungkin nggak akan punya ruang untuk bekerja dan memperoleh pendidikan seperti sekarang ini.
Makna “Women Empowerment” bagi Karin dan Cecil
Karin memberikan pemahaman bahwa women empowerment atau pemberdayaan perempuan adalah sebuah gerakan atau aksi untuk meningkatkan kepercayaan diri perempuan untuk mengambil kontrol atas hidup mereka, sekaligus memperjuangan hak-hak mereka. Dengan adanya women empowerment, kita jadi menjunjung tinggi kesetaraan gender untuk para perempuan. Hal ini termasuk kepercayaan bahwa perempuan bukanlah makhluk lemah yang mudah ditaklukkan, perempuan adalah manusia yang kuat, perempuan memiliki kapabilitas dan kemampuan masing-masing. Contoh nyata dari Karin yang ingin mendobrak stereotip ini adalah dengan memilih jurusan Computer Science di universitas, yang mana jurusan tersebut seringkali diasosiasikan sebagai “jurusan untuk laki-laki” di mata publik.
Bagi Cecil, women empowerment adalah bentuk kerja sama sesama perempuan, yang mana para perempuan bisa saling menerima perspektif masing-masing, gerakan meningkatkan derajat perempuan lewat pendidikan, dan seterusnya. Contoh dari women empowerment yang dialami oleh Cecil sendiri adalah statusnya sebagai seorang perempuan muda yang punya izin untuk menempuh pendidikan di luar negeri.
Pengalaman Merasa Kurang Percaya Diri sebagai Seorang Perempuan
Sebagai seorang perempuan, Karin merasa bahwa tentunya ada banyak ekspektasi orang terhadap kita. Contohnya, seorang perempuan ditempeli ekspektasi untuk selalu terlihat cantik dan lemah lembut. Namun ada kalanya, kita sering merasa insecure atau kurang percaya diri. Alhasil, ketika kita ingin tetap bisa mencapai ekspektasi publik untuk terlihat cantik tadi, kita memaksakan diri untuk nggak mementingkan kesehatan mental dan hanya fokus pada penampilan fisik. Pada akhirnya, kita jadi merasa tidak percaya diri sehingga merasa jelek dan nggak lagi “cantik”.
Pengalaman Diskriminasi sebagai Seorang Perempuan
Di awal masa kerja paruh waktunya di sebuah restoran yang ada di Jepang, Cecil ngerasain banget adanya mindset bahwa “perempuan itu lemah” saat ia melakukan kesalahan dengan nggak sengaja menumpahkan makanan berkuah. Ketika itu, salah satu pelanggan yang ada di sana melontarkan kalimat, ” 「だから女を働かせんわ」(Dakara onna wo hatarakasenn wa)” atau yang berarti “Makanya jangan mempekerjakan perempuan!”.
Sebagai seorang perempuan, Karin pernah dianggap lebih lemah, lebih irasional karena lebih mudah beremosi, nggak pintar, dan bahkan diobjektifikasi. Diskriminasi serupa juga sering banget terjadi terhadap para perempuan lainnya. Karin berbagi pengalaman bahwa ketika ia memilih jurusan kuliahnya, banyak orang yang terkejut hingga berkata bahwa “Pasti nggak bakal bisa tahan deh, cewek mah susah di IT!”.
Apa yang Karin lakukan sebagai responnya? Ia nggak peduli dan jadi lebih termotivasi untuk bisa bertahan dalam bidang yang ia pilih tersebut. Lagi-lagi, Karin berhasil membuktikan worth-nya dengan mempertahankan skor IPK yang tinggi di jurusan yang dilabeli “susah untuk cewek” tadi. Menurutnya, yang paling penting adalah gimana cara kita mengubah kata-kata menyakitkan atau tindakan diskriminasi tersebut sebagai motivasi untuk semakin menunjukkan kemampuan diri.
Hal yang Dilakukan untuk Menumbuhkan Rasa Percaya Diri dan Self-Love
“Siapa sih, perempuan yang nggak pernah merasa insecure? Jadi perempuan itu serba salah.”
Cecilia Amalo, 2023.
teMantappu relate nggak dengan ungkapan kalau “jadi perempuan itu serba salah?” Misalnya nih, ketika kamu udah “cantik”, udah “pintar”, udah segala-galanya … masih akan ada orang yang menginginkan kamu untuk menjadi sesuatu yang “lebih” lagi. Bahkan, kadang-kadang, diri kita sendiri yang memberikan judgement bahwa kita ini masih kurang.
Personally, Karin merasa bahwa validasi diri oleh diri sendiri itu penting dan membantu untuk menumbuhkan rasa percaya diri. Karin sendiri sering menetapkan goal yang realistis dan dapat dicapai untuk dirinya sendiri. Setiap kali berhasil mencapai salah satu goal tersebut, ia akan memberikan validasi diri dengan berkata, “Karin, kamu keren bisa begini, bisa begitu…”. Kelihatannya hal sepele, ya? Tapi sebenarnya validasi diri seperti itu punya dampak yang luar biasa loh, teMantappu!
Nggak cuma itu, Karin juga senang memberikan reward lain untuk dirinya sendiri, seperti shopping. Kamu juga bisa ngasih apresiasi untuk diri kamu sendiri dengan melakukan hal-hal yang kamu suka! Nah, dengan validasi-validasi yang dikumpulkan tadi, Karin jadi merasa bahwa dirinya cukup hebat karena selalu mencoba untuk memperbaiki atau improve diri sendiri sehingga self-worth-nya terus mengalami peningkatan.
“Dengan meningkatnya self-worth karena adanya self-appreciation, I learn to love myself so much more.”
Maria Clarin, 2023.
Kamu juga bisa menerapkan mindset seperti Cecil berikut ini! Nggak perlu pusing untuk mikirin kata-kata negatif dari orang lain dan cukup fokus pada hal-hal positif dari orang-orang terkasih yang ada di sekitar kita. Dengan begitu, kita jadi bisa belajar untuk mencintai diri sendiri.
Sosok “Kartini Modern” yang Jadi Inspirasi di Era Sekarang
teMantappu sadar nggak sih, kalau ada sosok Kartini di setiap diri perempuan? Setiap perempuan bisa menjadi “Kartini Modern” selama mau untuk terus belajar dan mengembangkan diri.
Sosok yang jadi inspirasi bagi Cecil adalah aktris dan musisi Maudy Ayunda. Menurutnya, Maudy adalah sosok sempurna perempuan yang menjunjung tinggi edukasi di masa modern ini.
Sementara itu, sosok yang selalu menjadi inspirasi Karin hingga sekarang adalah ibunya sendiri. Ia selalu menunjukkan betapa pintar, kuat, cantik, dan serba-bisanya seorang perempuan itu bisa menjadi. Nggak cuma itu, Ibu Karin juga menunjukkan bahwa nggak masalah bagi seorang perempuan untuk merasa emosional dan tetap lembut hati. Ibu Karin adalah sosok perempuan hebat yang berhasil mendidik Karin untuk menjadi perempuan hebat lainnya!
Cara Karin dan Cecil Memaknai Hari Kartini di Era Sekarang
Sebagai seorang content creator perempuan, Karin ingin menjadi seorang role model yang menginspirasi perempuan muda di luar sana yang masih merasa insecure. Dengan basis kontennya yang seputar make up, Karin ngasih unjuk untuk meng-embrace femininitasnya sendiri. Caranya adalah dengan menyisihkan waktu untuk mempersiapkan diri agar terlihat lebih rapi dan cantik, sehingga ia pun jadi merasa lebih percaya diri. Melalui make up, Karin juga merasa lebih luwes untuk menunjukkan kreativitasnya.
Selain make up, Karin sering memberikan kata-kata penyemangat kepada para audiens perempuan dengan harapan untuk bisa membangkitkan semangat mereka. Ia juga sering ikut gerakan atau sharing tentang kasus-kasus women empowerment di platform. Contohnya, melalui kegiatan seminar atau sesederhana curhat lewat fitur story Instagram.
“Di saat salah satu mimpi kamu udah terwujud, maka akan muncul mimpi yang lain. Belajar yang rajin, jangan sia-siakan hak yang udah sulit didapatkan oleh R.A. Kartini dan para pejuang emansipasi lainnya. Ingat, kalau ingin mendapatkan sesuatu yang besar, maka harus berani untuk mengorbankan sesuatu yang besar juga.”
Cecilia Amalo, 2023.
Buat kamu yang masih di bangku sekolah, jangan khawatir! Sama halnya seperti Cecil, kamu bisa memaknai women empowerment sebagai seorang Kartini Modern dengan cara tekun belajar demi membukakan pintu kesempatan masa depan yang lebih baik.
***
Sekian artikel kali ini yang membahas tentang women empowerment sebagai Kartini Modern bersama dengan Maria Clarin dan Cecilia Amalo! Menurut kamu, apakah dengan kondisi sekarang ini, perempuan udah berhasil mendapatkan hak-hak yang berhak untuk mereka miliki?
Gimana nih, cara teMantappu memaknai Hari Kartini sebagai seorang Kartini Modern? Tetap semangat dan bersinar untuk meneruskan jejak perjuangan kaum perempuan, ya!