Dalam rangka merayakan Hari Perempuan Internasional pada 8 Maret, Erika Ebisawa berbagi pengalamannya bersama TeaMantappu. Ia mendefinisikan ulang dan mengingat kembali perjalanan hidupnya, mulai dari menjadi (ex) personil JKT48 sejak usia remaja 18 tahun hingga keputusannya terjun ke dunia kreator konten. Sejauh mana pengalaman ini membentuk dirinya menjadi Erika yang kita kenal sekarang?
Halo, TeMantappu!
Erika Ebisawa, kreator konten yang sekarang tinggal di Jepang ini, sebelumnya adalah mantan anggota JKT48 Generasi ke-6. Erika memulai perjalanan karirnya di dunia hiburan ketika bergabung dengan JKT48 pada April 2018. Saat itu usianya masih remaja berumur 18 tahun.
Setelahnya, ia terlibat dalam produksi berbagai konten. Termasuk meliputinya kolaborasi dengan Jerome Polin, dan kemudian didapuk menjadi talent Mantappu Corp. hingga kini aktif sebagai kreator konten.
Dalam rangka menyambut Hari Perempuan Internasional dengan tema tahun ini “Inspire Inclusion”, yuk kita lihat pengalaman Erika sebagai perempuan kreator konten yang tinggal di Jepang.
Table of Contents
Erika Ebisawa: Kreator Konten dan Mantan Personil JKT48
Menjadi sorotan publik sejak usia remaja tentunya nggak mudah. Banyak hal yang harus dipahami dengan cepat, sedangkan pada saat yang sama, anak-anak lain mungkin bisa bermain tanpa disorot berlebihan oleh masyarakat.
Saat ditanya mengenai tantangan yang dihadapinya selama menjadi member JKT48, Erika menjawab “Pernah merasa beban saat penonton suka berekspektasi tinggi untuk aku menjadi perempuan yang perfect. Padahal aku juga ada saatnya pengin santai,” jawabnya.
Ia melanjutkan sembari mengenang kembali momen ketika dirinya dianggap galak atau dianggap melebihi batas dalam bercanda. Ini kerap diiringi dengan komentar, “Kamu seharusnya menjadi perempuan yang lembut, kamu harus menjaga citra.”
Hal-hal semacam itu cukup membatasi ruang geraknya untuk berekspresi. Melihat sejumlah tekanan dan harapan dari masyarakat luar terhadap Erika untuk selalu terlihat feminim dan kalem.
JKT48 dan Dominasi Fans Laki-Laki
Erika nggak menampik kalau sebagian besar penggemar JKT48, yang dikenal sebagai wota, adalah laki-laki. Apakah hal ini membikin Erika lebih waspada dan berhati-hati? Untuk menjaga kenyamanan dan keamanannya, Erika mengambil langkah-langkah seperti menghapus komentar yang membikin nggak nyaman atau memblokir akun yang mengirimkan pesan serupa melalui DM.
Awalnya, selama menjadi personil di JKT48 pun, Erika juga diingatkan oleh tim internal untuk selalu menjaga privasi. Ia nggak pernah membagikan potret sekitar rumahnya dan “Nggak posting story saat masih berada di lokasi tersebut biar nggak dikejar-kejar karena takut diikuti sampai ke rumah dan sebagainya,” jelasnya.
Perbedaan Kultur di Jepang dan Indonesia
Terkait perbedaan budaya antara Jepang dan Indonesia yang mempengaruhinya dalam membuat konten, Erika menjelaskan, “Di Indonesia, perempuan cenderung harus berpakaian sopan karena ada faktor agama, sedangkan di Jepang, perempuan lebih bebas dalam berpakaian.”
Sesudah itu, ia juga mengungkapkan kekhawatirannya terhadap warga net yang terlalu mengatur gaya berpakaian orang, seringkali melebihi batas yang wajar.
Pentingnya Pendidikan bagi Erika
Erika adalah salah satu penerima beasiswa MEXT (Monbukagakusho) 2019 dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Olahraga, Ilmu Pengetahuan, dan Teknologi Jepang, yang memberinya kesempatan untuk melanjutkan pendidikan di Jepang. Keputusan ini sekaligus menjadi alasan mengapa ia memutuskan untuk berhenti dari kariernya di JKT48 atau istilahnya “graduate”.
Dalam pandangannya sebagai seorang kreator konten, ia menjelaskan pendidikan amatlah penting. Menurutnya, “Hidup sebagai seorang kreator konten bisa dibilang ‘nggak stabil.’ Ada kemungkinan suatu hari nanti, ketika aku sudah tua, jumlah subscriber bisa jadi menurun, atau mungkin aku menghadapi masalah di media sosial (semoga nggak, ya, amit-amit).” Tapi dengan pendidikan, Erika merasa jikalau ia nggak berhasil sebagai seorang kreator konten, ia masih memiliki jalan lain untuk berkarier di bidang lain.
Baca Juga: “Girls Code” Sesama Content Creator Ala Maria Clarin
Tanggapan Erika Tentang “Bocah Kosong”
Dalam dunia maya yang semakin kompleks, istilah “bocah kosong” menjadi perbincangan yang hangat akhir-akhir ini. Istilah ini merujuk pada perempuan yang sering kali dianggap polos dan naif, yang eksistensinya hanya dikaitkan dengan daya tarik fisik semata, tanpa memiliki bakat yang berarti. Pendapat tentang hal ini pun beragam.
Menurut Erika, eksistensi seseorang karena daya tarik fisik nggak sepenuhnya menjadi masalah. Bagi Erika, daya tarik fisik juga merupakan keunggulan yang dimiliki seseorang.
Dalam pandangannya, menjaga kecantikan bukanlah hal yang mudah, dan setiap individu memiliki cara tersendiri untuk merawat dan mengekspresikan kecantikannya. Yang terpenting, menurut Erika, adalah tindakan tersebut nggak mengganggu atau merugikan orang lain.
***
Terakhir, dalam rangka merayakan Hari Perempuan Internasional, Erika memberikan pesan: “Jangan takut untuk berekspresi, tunjukkan bakatmu, tapi jangan lupa untuk memiliki literasi dan berhati-hati dalam media sosial karena jejak digital itu serem, Guys!” jelasnya. Pesan ini mengajak kita semua, terutama perempuan, untuk tetap berdiri teguh dan saling dukung satu sama lain, ya, TeMantappu!
Media Sosial Erika Ebisawa
Mau tahu keseruan Erika di Jepang dan kolaborasi lainnya? Ikuti media sosial Erika di bawah ini:
Artikel Lainnya tentang Erika Ebisawa
- Erika Ebisawa – Buka Puasa dan Ngobrolin Tipe Idamannya Otsuka
- Erika Ebisawa, ex Member JKT 48 yang Jadi Konten Kreator
- Barang yang Wajib Dibawa saat ke Bali versi Erika Ebisawa
- Suasana Lebaran ala Erika Ebisawa dan Farhan Firmansyah
- Erika Ebisawa – Rasanya Sahur dan Buka Puasa di Jepang?
- Erika Ebisawa di Australia – Sydney Harbour Bridge hingga Makan Daging Kanguru
- Selain Jepang Medhok, Ini Influencer Jepang yang Pernah Berkolaborasi dengan Erika Ebisawa
- Terakhir Berkunjung ke Indonesia, Erika Ebisawa Memilih Kerja di Jepang?