Selain aktif sebagai kreator konten, Turah Parthayana adalah seorang CEO production house Belinsky, sutradara sekaligus produser sejumlah film pendek. Apa saja karya film pendek milik Turah Parthayana? Yuk, simak artikel ini sampai tuntas!
Halo, TeMantappu!
Kamu salah satu subscriber Turah Parthayana di YouTube? Selain membuat konten menyoroti aktivitasnya di Rusia ataupun berkolaborasi dengan kreator konten lain, Turah juga kerap membuat sejumlah film pendek. Di sana, ia aktif sebagai aktor, film director, produser, dan scriptwriter untuk karya film pendeknya. Turah mengungkapkan minatnya dalam proses pembuatan film pendek ini dimulai sejak tahun 2017, loh. Yuk, kita lihat film pendek garapan lulusan Tomsk University di Rusia satu ini!
Table of Contents
Jarak Antar Kanvas
Film pendek “Jarak Antar Kanvas” rilis pada September 2023 dan dibintangi oleh sejumlah kreator konten, yaitu Erika Richardo, Jerhemy Owen, dan Aidan Mirza. Dalam film pendek ini, Turah Parthayana menjadi director dan produser sekaligus scriptwriter.
Film pendek “Jarak Antar Kanvas” menceritakan kisah cinta sepasang kekasih yang terpisah oleh jarak. Kevin (diperankan Jerhemy Owen) yang tinggal di Jakarta terjebak dalam hubungan jarak jauh (LDR) dengan sahabatnya semasa sekolah, yaitu Elisa (diperankan oleh Erika Richardo), setelah Elisa memutuskan kuliah di Bandung.
Inspirasi film ini berasal dari hubungan jarak jauh Jerhemy Owen di Belanda dan Erika Richardo di Jakarta, yang kerap dibagikan lewat konten media sosial keduanya.
Melalui film pendek yang memakan waktu produksi 1,5 bulan ini, Turah ingin menyampaikan pesan tentang tantangan dalam hubungan jarak jauh, serta pentingnya kedewasaan dan sikap pengertian dalam mempertahankan sebuah hubungan. Tertarik buat menonton?
Wong Tilar
Film pendek “Wong Tilar” dirilis di kala pandemi COVID-19 pada tahun 2020 lalu. Ini merupakan karya pertama sejumlah sineas muda, termasuk Turah Parthayana, yang tergabung dalam Aktivitas Seniman Indonesia (AKSI). Dalam film pendek ini, Turah Parthayana menjadi cast, produser sekaligus scriptwriter.
Turah menjelaskan “Wong Tilar,” yang menjadi judul film pendek ini, berarti ‘orang yang hilang’. Film ini menceritakan seorang anak muda yang memasuki sebuah hutan terlarang dan nggak mematuhi aturan serta adat dan budaya yang berlaku di sana. Perjalanan anak muda tersebut memunculkan peristiwa-peristiwa mistis.
Dengan latar belakang kebudayaan Bali, film ini menggambarkan penggunaan unsur hantu Bali, termasuk memedi, yang menjadi bagian kepercayaan masyarakat setempat. “Wong Tilar” bukan hanya sekadar film seram biasa, tetapi juga mempersembahkan potret kearifan lokal dan kekayaan budaya Bali.
Melalui cerita ini, Turah Parthayana mengangkat pesan tentang pentingnya menghormati dan memahami tradisi serta adat budaya suatu tempat. “Wong Tilar” memberikan pandangan baru tentang kekayaan budaya Indonesia sambil menghibur dan menantang kamu dengan cerita penuh misteri.
Squery Penty
Ini adalah kali kedua Turah Parthayana membuat film horor dengan perannya sebagai cast, produser sekaligus scriptwriter. Film ini mengisahkan kehidupan seorang pemuda yang mulai terganggu setelah menemukan sebuah buku yang berjudul “Squery Penty”.
Dengan latar belakang hutan Siberia, film ini memiliki durasi 23 menit dan berhasil menarik perhatian jurnalis Rusia dan diliput oleh Jurnal Risa, konten kreator bertema horor di Indonesia yang berasal dari Bandung oleh Risa Saraswati.
Film pendek “Squery Penty” nggak hanya menciptakan atmosfer yang mencekam dengan setting hutan Siberia, tetapi juga mengeksplorasi tema horor yang menarik dengan adanya buku misterius sebagai pusat konflik. Kehadiran Turah Parthayana di panggung perfilman Rusia semakin mengukuhkan reputasinya sebagai seorang sineas yang berbakat dan kreatif.
Baca Juga: Terakhir Berkunjung ke Indonesia, Erika Ebisawa Memilih Kerja di Jepang?
Jangan Sebut Setan
Lagi-lagi film pendek karya Turah Parthayana yang mengeksplorasi genre horor, tetapi kali ini menggunakan latar yang berbeda, yaitu di Indonesia.
Cerita film pendek ini berawal dari dua anak muda sepulang dari sebuah pesta dan terpaksa mampir ke rumah seorang teman setelah mobil mereka mogok. Namun, kejanggalan muncul saat mereka sampai di rumah temannya dan menemukan kalau teman mereka berubah menjadi pendiam dan aneh. Dalam film pendek ini, Turah memilih untuk mengusung sebuah larangan yang misterius, yaitu jangan sebut kata “setan”.
Proses syuting film pendek ini dilakukan di Indonesia, meskipun saat itu merupakan masa liburan, Turah Parthayana tetap menunjukkan produktivitasnya dalam pembuatan video. Dengan menggabungkan elemen-elemen horor dan setting lokal Indonesia, film ini memberikan pengalaman menyeramkan yang khas dan menghadirkan nuansa yang berbeda dari karya sebelumnya.
Love in Russia: Wintertime
Film pendek “Love in Russia: Wintertime” memperkenalkan kita pada Turah Parthayana sebagai cast, seorang mahasiswa Indonesia yang merasa bosan dengan rutinitas kehidupan kuliah yang monoton. Temannya, Yasir Kadhafi, mengusulkan agar Turah mencari pasangan di Rusia.
Cerita ini berkembang menjadi tiga serial, yang pertama adalah “Wintertime”, di mana Turah memulai petualangan cintanya di musim dingin Rusia. Kemudian, kita disuguhkan dengan “Our First Date”, yang mengisahkan detik-detik pertemuan pertama Turah dengan pasangannya. Dan akhirnya, “The Last Moment”, yang menyoroti momen-momen terakhir dari kisah cinta Turah di Rusia.
Dengan menggabungkan aspek komedi dan romantis, “Love in Russia” nggak hanya menghibur tetapi juga memberikan pandangan yang menarik tentang pengalaman cinta seorang mahasiswa Indonesia di negara asing. Setiap serialnya membawa penonton dalam perjalanan emosional yang penuh dengan kejutan dan kenangan manis.
Love in Russia: Our First Date
Turah Parthayana menghadirkan kembali genre romantis dengan durasi yang lebih singkat ketimbang serial “Love in Rusia” sebelumnya, hanya 13 menit. Meskipun lebih pendek dari karya sebelumnya, film ini menjanjikan pengalaman yang tetap menghibur karena diselipkan banyak unsur komedi.
Selain melibatkan orang-orang Rusia, Turah juga menggandeng temannya yang berasal dari Laos. Ia nantinya mengenalkan Turah dengan seorang perempuan untuk berkenalan dan menghabiskan waktu dengannya.
Dengan menggabungkan romansa ringan dan komedi yang segar, short movie ini menjadi pilihan yang tepat untuk mengisi waktu dengan tawa.
Love in Russia: The Last Moment
Dalam film pendek “Love in Russia: The Last Moment,” kisah petualangan cinta Turah di Rusia kembali diangkat. Melalui perjalanan kisahnya, Turah kembali memperjuangkan cinta, menghadapi proses move on, serta menjelajahi perbedaan budaya dua sejoli.
Hubungan antara karakter-karakter di film nggak hanya tentang cinta romantis, tetapi juga tentang dukungan dan kedekatan emosional antar teman. Unsur persahabatan ini memberikan kedalaman pada cerita dan menggambarkan beragam aspek dalam hubungan sosial manusia.
Tentu saja, nggak ketinggalan unsur komedi yang menjadi ciri khas dalam karya-karya Turah Parthayana. Humor yang diselipkan dalam setiap adegan nggak hanya membuat penonton tertawa, tetapi juga menghidupkan suasana film dan menjadikannya lebih memikat.
***
Ada nggak, film pendek karya Turah Parthayana yang sudah kamu tonton, nih, TeMantappu? Nah, ini pas banget buat dijadikan hiburan di malam Minggu atau acara nobar bareng teman-teman, loh!
Media Sosial Turah Parthayana
Tunggu kolaborasi Turah bersama kreator konten lain dengan mengikuti media sosial Turah Parthayana berikut ini