Farhan Firmansyah telah membahas banyak mitos dan fakta seputar kesehatan di seri Faktanya atau Katanya dalam #FarhanTanya. Kali ini, TeaMantappu menyajikan rangkuman topik menarik dari seri tersebut yang patut kamu ikuti. Yuk, kita simak!
Halo, TeMantappu!
Setelah sebelumnya TeaMantappu membahas seri “Setau Ekida” milik Ekida Rehan, kali ini giliran membahas seri Faktanya atau Katanya dalam #TanyaFarhan oleh Farhan Firmansyah. Dalam seri ini, Farhan berkolaborasi dengan sejumlah kreator konten edukasi tentang bidang kesehatan untuk mengungkap berbagai mitos dan fakta di sekitar kita, loh. Yuk, kita simak bareng!
Table of Contents
Farhan Tanya: Orang Korea Nggak Sunat?
Dalam kolaborasinya bersama Na Daehoon, Farhan mengulas aspek budaya di Korea Selatan, khususnya mengenai praktik sunat. Pertanyaan yang kerap membuat banyak orang pengin tahu, tapi nggak banyak dibahas orang: Apakah orang Korea Selatan melakukan sunat? Mengingat di Indonesia praktik ini menjadi bagian penting dari ajaran agama Islam.
Menurut penjelasan Na Daehoon, anggapan orang Korea Selatan nggak menjalani sunat adalah sebuah mitos. Ia mengungkapkan mayoritas penduduk Korea, hampir 80%, menjalani praktik sunat, loh. Selanjutnya, ia juga menjelaskan alasan historis di balik budaya ini.
Dulu, Korea Selatan pernah terlibat dalam konflik bersenjata dengan Korea Utara. Di masa itu, mereka mendapat bantuan dari Amerika Serikat. Akibat dari konflik tersebut, banyak infrastruktur yang hancur dan masalah kebersihan muncul, termasuk peningkatan kasus penyakit menular seksual. Inilah salah satu faktor pendorong munculnya budaya sunat di Korea Selatan. Tetapi, sunat di sana dilakukan bukan atas dasar agama, melainkan karena alasan kesehatan.
Farhan menanggapi dengan menyoroti manfaat medis dari praktik sunat. Ia menggarisbawahi kalau sunat nggak hanya berperan dalam mencegah infeksi saluran kemih dan penyakit menular seksual, tetapi juga dapat mengurangi risiko terkena kanker penis pada laki-laki yang menjalani prosedur sunat, loh.
Farhan Tanya: Obat Paten Lebih Bagus Ketimbang Obat Generik?
Dalam diskusi bersama apoteker Renaldi mengenai obat-obatan, Farhan mengajukan pertanyaan: Apakah obat paten lebih efektif daripada obat generik?
Sebelumnya, perlu dipahami kalau obat paten adalah obat yang dipatenkan oleh perusahaan farmasi setelah melalui serangkaian uji klinis dan penelitian. Obat paten memiliki harga yang lebih tinggi karena perusahaan farmasi harus menutupi biaya riset, pengembangan, dan pemasaran.
Sementara itu, obat generik adalah versi obat yang telah diizinkan untuk diproduksi oleh produsen lain setelah izin dari otoritas kesehatan. Obat generik memiliki kandungan zat aktif yang sama dengan obat paten, tetapi biasanya dijual dengan harga yang lebih rendah karena produsen generik nggak perlu mengeluarkan biaya riset dan pengembangan seperti produsen obat paten. Meskipun demikian, obat generik harus memenuhi standar kualitas, keamanan, dan efektivitas yang sama dengan obat paten, ya.
Renaldi menegaskan kalau anggapan obat paten lebih efektif hanyalah sebuah “katanya” alias mitos. Menurutnya, selama kandungan zat aktif dalam obat tersebut sama, maka manfaatnya juga akan sama. Ia memberikan analogi seumpama kita membeli pakaian, terkadang kita bisa menemukan produk yang identik baik di pasar maupun di mal. Perbedaannya mungkin hanya terletak pada mereknya, sehingga harganya bisa bervariasi.
Renaldi juga menyoroti ada pula obat yang dimodifikasi dengan penambahan zat aktif lain, sehingga menjadi kombinasi obat. Dalam konteks ini, ia menegaskan memilih obat generik nggak masalah selama kandungan zat aktif dan dosisnya sama dengan obat paten yang diinginkan. Oleh karena itu, penting untuk bijak dalam memilih jenis obat yang tepat sesuai dengan kebutuhan medis yang ada, ya, TeMantappu!
Baca Juga: Kupas Tuntas Isu Kesehatan bareng Ekida Rehan, Gimana Cara Meninggikan Badan?
Farhan Tanya: Memang Ada Infus yang Dipasang di Kepala?
Dalam sesi #FarhanTanya kali ini, Farhan berkolaborasi dengan Qonitcah, seorang kreator konten edukasi kesehatan. Topik yang mereka bahas mengenai kebenaran tentang pemasangan infus di kepala. Memang ada, ya, infus di kepala?
Qonitcah memberikan penjelasan pemasangan infus di kepala memang merupakan fakta yang terjadi dalam praktek medis. Ia menjelaskan pemasangan infus di kepala biasanya dilakukan pada bayi yang membutuhkan cairan intravena. Hal ini karena pada bayi, seringkali sulit untuk memasang infus di tangan atau kaki karena ukuran yang terlalu kecil. Oleh karena itu, sebagai alternatif, infus dipasang di kepala di area yang memiliki pembuluh darah yang cukup untuk menyuntikkan cairan intravena.
Penjelasan ini menunjukkan kalau praktek pemasangan infus di kepala bukanlah sekadar mitos atau kepercayaan yang nggak berdasar, melainkan merupakan tindakan medis yang dilakukan sesuai kebutuhan pasien, terutama pada kasus-kasus khusus seperti pada bayi yang membutuhkan perawatan khusus.
Baca Juga: 7 Film Pendek Turah Parthayana, Ada Jarak Antar Kanvas!
***
Wah, memang konten yang dibagikan oleh dokter Farhan selalu menghadirkan informasi baru. Nggak hanya membahas budaya sunat di Korea, obat paten dan generik, tetapi juga mengulas topik seputar pemasangan infus. Pembahasan #FarhanTanya nggak hanya berkisar pada topik-topik umum, tetapi juga merambah ke dalam aspek-aspek medis yang mungkin kurang dikenal oleh masyarakat umum. Kita tunggu, ya, konten terbaru lainnya dari Farhan!
Media Sosial Farhan Firmansyah
Yuk, ikuti media sosial Farhan buat dapetin insight seputar isu kesehatan!