Hari ini, tepat 23 April, adalah perayaan International Creator Day. TeaMantappu berkesempatan mewawancarai Jerhemy Owen, seorang kreator konten yang mengambil studi teknik lingkungan di Belanda dan aktif sebagai Decarbonization Journey Intern di WRI Indonesia. Cerita perjalanan Owen sebagai kreator konten tak lengkap kalau nggak membahas kunjungannya ke gunung sampah di TPST (Tempat Pembuangan Sampah Terpadu) Bantar Gebang. Yuk, kita telusuri pengalaman Owen mengunjungi gunung sampah terbesar di Indonesia ini!
Hai TeMantappu!
Bagi kamu yang prihatin dengan isu lingkungan, TPST (Tempat Pembuangan Sampah Terpadu) Bantar Gebang bukanlah hal asing lagi. Beroperasi sejak tahun 1989, TPST ini telah menjadi salah satu fasilitas utama untuk memproses sampah dari penduduk DKI Jakarta. Dengan ketinggian mencapai 40 meter, setara dengan gedung bertingkat 16 lantai, gunung sampah ini mencerminkan kompleksitas pengelolaan sampah di Indonesia.
Dalam rangka merayakan International Creator Day sekaligus mengapresiasi kreator konten yang telah menghadirkan ragam konten terbaiknya, TeaMantappu berkesempatan mewawancarai Jerhemy Owen, kreator konten yang mengambil langkah berani mengunjungi TPST Bantar Gebang.
Di sini, kami nggak hanya membicarakan pengalaman Owen kala mengunjungi TPST Bantar Gebang, tetapi sekaligus menyinggung upaya Owen dalam menginspirasi kesadaran akan isu lingkungan di tengah masyarakat. Yuk, kita simak!
Table of Contents
Melihat Wajah TPST Bantar Gebang
Owen membagikan pengalaman menariknya selama dua kali mengunjungi TPST Bantar Gebang. Ia menjelaskan kalau, “Apapun sampah yang kamu cari ada di sini,” sembari mengingat kembali berbagai jenis sampah yang pernah ia temui, mulai dari sofa hingga sandal, sampai pakaian dalam.
Menariknya, data Portal Resmi Unit Pengelola Sampah Terpadu, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta (2024) menyebutkan kalau limbah sisa makanan mendominasi komposisi sampah di TPST Bantar Gebang, loh, dengan persentase mencapai 43 persen dari total limbah padat kota yang masuk setiap harinya. Di samping itu, sampah plastik juga menjadi perhatian utama, menduduki posisi kedua dengan persentase mencapai 28 persen.
Komposisi sampah lainnya yang juga menempati porsi yang signifikan di antaranya ada limbah tekstil (delapan persen), sampah B3 (tiga persen), kayu dan rumput (empat persen), kertas (lima persen), karet atau kulit (tiga persen), limbah hewan peliharaan (tiga persen), dan sampah lainnya (tiga persen).
Baca Juga: Poni Gampang Lepek? Coba Tutorial Japanese Bangs Ala Cecilia Amalo
Ubah Sampah Menumpuk Jadi Sumber Energi
Melihat dengan prihatin pertumbuhan gunung sampah yang semakin tinggi di TPST Bantar Gebang dari tahun ke tahun, Owen berbagi soal pengelolaan sampah yang ia ketahui. Menurutnya, ketika sampah telah tercampur dan nggak dipilah, pengolahan yang paling utama adalah mengubahnya menjadi energi, terutama listrik dan panas. “Yang paling utama bisa kita jadikan listrik. Selain itu, dibakar dijadikan energi panas juga bisa,” sarannya.
Owen juga menambahkan kalau sampah low value, seperti kemasan sekali pakai, dapat didaur ulang menjadi sejumlah produk turunan semisal bahan pencampuran pada aspal atau batu dan bahan bangunan.
Namun, Owen menekankan kalau pengolahan sampah menjadi sesuatu yang bernilai tinggi cukup sulit jika sampah tersebut sudah tercampur. Oleh karena itu, penting untuk melakukan pemilahan sampah sebagai langkah utama dalam pengelolaan sampah yang efektif. “Makanya yang paling penting dilakukan adalah dipilah,” tukasnya.
Bantar Gebang “Mendunia” sebagai TPST Terbesar di Asia
Saat ditanya tujuannya mengunjungi TPST Bantar Gebang, Owen mengaku berbekal rasa penasaran. “Aku penasaran dengan tempat pembuangan sampah terbesar di Asia Tenggara–kalau di Indonesia sudah pasti. Kalau nggak salah di Asia Tenggara juga iya,” jawabnya.
Owen melalui kunjungannya ke TPST Bantar Gebang ingin melihat langsung kondisi sebenarnya dari TPST Bantar Gebang juga mengamati kehidupan sehari-hari penduduk setempat. Melalui itu, ia juga mendokumentasikan pengalamannya itu untuk kemudian dibagikan di media sosial.
“Pengin lihat bentuknya kayak gimana, apakah separah yang dibayangkan. Terus, pengin lihat kondisi aslinya kayak orang-orang di sana seperti apa, pemulungnya, sistemnya, ada apa aja, dan pengin dokumentasiin buat dibagiin ke sosmed supaya orang-orang tahu ‘Oh, kondisi Bantar Gebang tuh sekarang kayak gini,’” jelasnya.
Dengan timbunan sampah sebesar itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (LH) DKI Jakarta Asep Kuswanto, melalui CNN Indonesia sampai-sampai mengungkapkan kalau kapasitas TPST Bantargebang hampir mencapai batas maksimal dengan timbulan mencapai 7.800 ton per hari, lho.
Tips Bagi Kamu yang Pengin Mengunjungi TPST Bantar Gebang
Pertama-tama, Owen merekomendasikan untuk selalu membawa masker saat mengunjungi TPST Bantar Gebang sebab bau nggak sedap di sana amatlah menyengat. Meskipun menimbulkan bau tak terhindarkan, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berusaha memberikan kompensasi kepada warga setempat, lho. Sebagai imbalan atas ketidaknyamanan yang mereka alami, warga setempat menerima kompensasi sebesar Rp400.000 per bulan.
Selain itu, penting juga untuk membawa antiseptik berbahan dasar alkohol ataupun tisu basah dan tisu kering buat membantu menjaga kebersihan dan kenyamanan selama di sana.
Yang tak kalah pentingnya, tentu, adalah persiapan mental. “Dan yang pastinya bawa mental dan persiapan (diri) kalian melihat gunungan sampah sangat tinggi di Bantar Gebang,” tambah Owen.
Harapan Owen Teruntuk TPST Bantar Gebang
Owen berharap suatu hari nanti TPST Bantar Gebang dapat ditutup, dan nggak akan ada lagi gunungan sampah yang menumpuk di lokasi tersebut. Ia berharap agar semua jenis sampah dapat diolah dengan baik tanpa perlu ditumpuk menjadi gunungan sampah. Dengan demikian, lingkungan sekitar TPST Bantar Gebang bakal menjadi lebih bersih, bebas polusi, dan ramah lingkungan.
“Semoga juga gunungan sampah yang ada di Bantar Gebang bisa diolah sehingga nggak berbahaya buat lingkungan dan nggak berbahaya buat orang-orang di sana. Jadinya, lebih ramah lingkungan, lebih enak juga gitu, loh, buat kita semua,” tutupnya.
Baca Juga: Na Daehoon: Uang Alat untuk Bahagia, Bukan Tujuan Utama
***
Wah, sepertinya harapan Owen mencerminkan harapan banyak orang, ya? Pesannya menjadi pengingat yang kuat bagi kita kalau masalah sampah masih nyata dan memerlukan penanganan serius. Sekali lagi, selamat merayakan International Creator Day untuk Owen dan semua talent Mantappu Corp. Yuk, terus semangat dalam membikin konten bermanfaat bagi semua orang!
Media Sosial Jerhemy Owen
Biar tetap terhubung dengan cerita menarik seputar Belanda serta berbagai fakta menarik dan pengalaman unik yang bisa menjadi sumber inspirasi dan insight baru, ikuti media sosial Owen di bawah ini:
Artikel Terkait
- Arti Peduli Lingkungan Menurut Jerhemy Owen
- MantaView – Jerhemy Owen Berulang Tahun ke-21!
- Belajar untuk Peduli Lingkungan bersama dengan Jerhemy Owen, Mahasiswa Teknologi Lingkungan
- Cinta Lingkungan ala Jerhemy Owen – Ciliwung Cleanup sampai TPST Bantargebang
- Recycled Sandal by Pyopp Fledge x Owen
- Jerhemy Owen – Berbagi Waffle dan Minuman di Panti Asuhan dan TPST
- 3 Fakta Sampah Plastik Versi Jerhemy Owen
- Eksplorasi Museum Sejarah Indonesia di Belanda Bareng Jerhemy Owen