Get In Touch
Menara Caraka, Lantai 12, Jl. Mega Kuningan Barat, Blok E4 7 No. 1, Kawasan Mega
Kuningan, Jakarta 12950
Work Inquiries
partnership@mantappu.com
(+62) 818 0401 3060

Cap Lang Bukan Produk Indonesia? Simak Penjelasan Alexander Matthew

April 26, 2024

by Fahma Ainurrizka

Siapa yang menyangka minyak angin Cap Lang, yang telah menjadi andalan bagi masyarakat Indonesia dalam mengatasi berbagai keluhan kesehatan sehari-hari, ternyata adalah produk buatan Jerman? Inilah yang membuat Alexander Matthew, seorang mahasiswa Teknik Informatika di Fachhochschule Aachen, Jerman, tertarik untuk menjelajahi keberadaan minyak tersebut di negeri tempatnya menimba ilmu. Yuk, kita simak!

Alexander Matthew, talent Mantappu Corp. | Sumber: Instagram @alexandrmatthew

Hallo, Leute! 

Pasti banyak dari kamu yang familiar dengan merek minyak kayu putih satu ini? Cap Lang telah menjadi andalan bagi banyak orang, terutama ketika masuk angin atau nggak enak badan. Kamu termasuk nggak, nih, TeMantappu?

Bagi sebagian orang, Cap Lang sudah seperti nama paten yang digunakan untuk merujuk minyak kayu putih. Hampir mirip dengan orang-orang yang menyebut merek odol untuk merujuk pasta gigi. Tapi, tahukah kamu meskipun begitu populer di Indonesia, Cap Lang sebenarnya bukanlah merek lokal, lho? Betul, kamu nggak salah baca. Brand ini berasal dari Jerman!

Matthew, pelajar perantau di Jerman, kali ini memutuskan menjelajahi supermarket-supermarket di sana mencari minyak kayu putih Cap Lang. Kira-kira ada nggak, ya, Cap Lang di negara asalnya Jerman? Yuk, kita simak!

Siapa Pemilik Cap Lang?

Alexander Matthew menjelaskan brand Cap Lang | Sumber: TikTok/alexandrmatthew_

Ternyata, kisah di balik merek Cap Lang, yang seringkali disangka sebagai merek lokal Indonesia ini, punya akar sejarah menarik. Bermula pada tahun 1916. Ketika itu, seorang ilmuwan berkebangsaan Jerman bernama Wilhelm Hauffman menemukan formula minyak angin yang kemudian diberi nama Eagle Brand Medicated Oil. Awalnya, minyak angin ini diproduksi dan didistribusikan di Jerman. Akan tetapi seiring berjalannya waktu, produk ini mulai dijual ke beberapa negara di Asia Tenggara, termasuk Singapura.

Setelah itu, pada masa pasca-Perang Dunia II, penggunaan merek Eagle Brand semakin populer di Singapura. Hal tersebut membuat J Lea & Co, distributor merek Eagle Brand di Singapura, melihat peluang besar dalam pasar ini. Berlanjut pada tahun 1950-an, mereka mengambil keputusan penting untuk membeli formula, desain botol, dan logo Eagle Brand karena popularitasnya yang terus meningkat.

Nantinya, ketika merek Eagle Brand mulai dijual di Indonesia, adaptasi dilakukan dengan mengubah nama menjadi Tjap Lang (atau dikenal dengan Cap Lang dalam bahasa Indonesia) dengan menggunakan logo yang sama seperti Eagle Brand.

Cap Lang Bangun Pabrik di Indonesia

Alexander Matthew menjelaskan brand Cap Lang | Sumber: TikTok/alexandrmatthew_

Cerita nggak berhenti di situ saja. Matthew menjelaskan kalau pada tahun 1973, ada peraturan yang mengharuskan obat-obatan untuk dibuat di dalam negeri. Akhirnya, pabriknya pindah ke Indonesia di bawah perusahaan PT Eagle Indo Pharma.

Langkah ini diambil sebagai hasil dari anjuran pemerintah Orde Baru. Kala itu, pemerintah mewajibkan agar semua obat-obatan yang dikonsumsi di dalam negeri diproduksi secara lokal. Pertimbangan ini sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan kemandirian dalam industri farmasi.

Perpindahan produksi ini nggak hanya berdampak pada lokasi produksi, tetapi juga membawa perubahan nama pada merek tersebut. Mulai dari tahun 1973, minyak angin ini diberi nama Merek Tjap Lang (atau Cap Lang). Yup, pengubahan ini nggak hanya memberikan kesan lokal, tetapi juga menunjukkan komitmen untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia dengan produk-produk yang diproduksi dalam negeri.

Sejak saat itu, merek Cap Lang telah menjadi salah satu merek minyak angin yang paling terkenal dan populer di Indonesia. Dengan produksi yang dilakukan secara lokal, minyak angin ini telah memberikan kontribusi besar dalam memenuhi kebutuhan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia juga salah satu penopang utama dalam industri farmasi di dalam negeri, lho.

Cap Lang Nggak Ada di Jerman?

Alexander Matthew menjelaskan brand Cap Lang | Sumber: TikTok/alexandrmatthew_

Di akhir videonya, Matthew berbagi cerita tentang pengalamannya setelah mengelilingi tiga toko supermarket di Jerman dalam pencariannya akan minyak angin Cap Lang. Namun, ironisnya, meskipun Cap Lang merupakan merek asal Jerman, produk tersebut nggak tersedia di negara asalnya sendiri.

Selanjutnya, Matthew memberikan saran bagi kamu yang berniat merantau atau sekadar mengunjungi Jerman atau negara Eropa lainnya: lebih baik membeli Cap Lang di Indonesia terlebih dahulu sebelum berangkat.

Meskipun terdengar paradoks, namun kenyataannya, keberadaan Cap Lang yang mudah ditemukan di toko kelontong ataupun apotek menjadi keuntungan bagi kita yang tinggal di Indonesia.

***

Wah, penjelasan Alexander Matthew betulan mengungkap fakta menarik tentang produk-produk yang seringkali kita kira sebagai merek lokal, tetapi ternyata punya akar sejarah yang jauh lebih luas. Dan, tentu saja, setelah mengetahui tentang asal-usul Cap Lang dari Jerman, pasti muncul pertanyaan menarik: apakah ada lagi produk lain yang mungkin kita kira sebagai produk lokal, tetapi sebenarnya merupakan merek luar negeri, ya?

Media Sosial Alexander Matthew

Mau tahu lebih banyak tentang fakta lain seputar Jerman? Ikuti media sosial Matthew di bawah ini biar nggak ketinggalan upcoming updates dari Matthew:

Artikel Terkait

Recent Posts

WenJelajah: Proyek Owen Eksplorasi Lingkungan di Indonesia

WenJelajah: Proyek Owen Eksplorasi Lingkungan di Indonesia

Owen, selepas lulus dari Avans University of Applied Sciences di Belanda, kini punya proyek baru, WenJelajah, yang mengajak kita mengeksplorasi kekayaan alam Indonesia. Dalam perjalanan pertamanya ke Sumba, Owen menyaksikan inovasi ramah lingkungan di Paud Efata, sekolah yang dibangun dari sampah plastik yang didirikan Rumah Lukis Erika. Melalui WenJelajah, Owen mengajak generasi muda untuk lebih peduli terhadap lingkungan dan mengenal keindahan alam Indonesia. Yuk, simak keseruannya!

Hari Terakhir Yusuke di Indonesia: Rating Wisata Kuliner di Sekitar Kos

Hari Terakhir Yusuke di Indonesia: Rating Kuliner di Sekitar Kos

Yusuke menghabiskan hari terakhirnya di Indonesia dengan mencicipi berbagai makanan enak di sekitar kosannya. Dari sarapan bubur ayam hingga makan siang bakmi, ia berbagi pengalamannya mencoba kuliner Indonesia. Dalam artikel ini, Yusuke juga memberikan rating untuk setiap makanan yang ia coba, serta berbagi kesan tentang kebudayaan dan lingkungan sekitar yang ia temui. Baca pengalaman serunya menjelajah kuliner Indonesia sebelum kembali ke Jepang!

3 Kebiasaan Unik Orang Korea Versi Jang Hansol

3 Kebiasaan Unik Orang Korea Versi Jang Hansol

Kenali tiga fakta unik kebiasaan orang Korea yang dibagikan Jang Hansol! Dari keheranan mereka melihat orang Indonesia makan nasi goreng dengan es campur, kebiasaan nonton drama Korea yang beda, sampai tradisi sikat gigi setelah makan siang di kantor. Simak selengkapnya untuk tahu serunya perbedaan budaya Indonesia-Korea di artikel ini!