Jang Hansol, melalui kanal YouTube populer Korea Reomit, beberapa kali membahas ajaran-ajaran sesat membahayakan di Korea Selatan. Kali ini, ia menyorot kasus nyata “The Dami Mission”, di mana ajaran sesat ini mengarah pada praktik penipuan. Gimana kisah lengkap di balik “The Dami Mission”? Yuk, kita bahas!
Halo, TeMantappu!
Percakapan tentang kiamat selalu mendulang diskusi menarik dari banyak orang, terutama ketika tema tersebut diangkat dalam film-film pendahulu, seperti “2012”. Kali ini, Hansol membagikan kisah nyata di Korea Selatan mengenai sebuah agama yang memprediksi datangnya hari kiamat.
Kisah ini mempertemukan Hansol dengan kondisi kelompok pengikut ajaran sesat yang berbondong-bondong mempersiapkan diri untuk menyambut kiamat sampai-sampai mereka meninggalkan rumah dan pekerjaannya. Gimana kisah lengkapnya? Yuk, kita simak bersama-sama!
Table of Contents
Ajaran Sesat “The Dami Mission”
Pada tahun 1992, sebuah kejadian memilukan terjadi ketika seorang ibu mengunjungi dokter dengan maksud menggugurkan kandungannya yang sebenarnya masih sehat dan siap untuk dilahirkan dalam dua bulan mendatang.
Tindakan ini tentunya melanggar hukum karena pada usia tujuh bulan janin telah dianggap sebagai manusia yang hidup. Alasan yang diberikan oleh ibu tersebut cukup mengejutkan: “Saya nggak bisa melanjutkan kehamilan ini. Dunia tempat kita tinggal akan mengalami kiamat pada tanggal 28 Oktober 1992.,” jelas Hansol saat mulai menceritakan awal mula kasus ini.
Peristiwa serupa mulai bermunculan, di mana keluarga-keluarga meninggalkan rumah mereka karena keyakinan kalau akhir dunia sudah dekat, dan nggak ada lagi hal yang penting buat dilakukan. Banyak orang juga berhenti bekerja atau berhenti sekolah, percaya kiamat akan terjadi dalam waktu singkat
Fenomena ini nggak terbatas hanya di satu wilayah, melainkan telah menyebar hingga ke Amerika. Banyak gereja mengutuk misi ini sebagai ajaran sesat, dan menyebutnya sebagai “The Dami Mission” atau “Rapture” di Amerika.
Gereja Dami meyakini kalau dunia akan segera mengalami kiamat dan menyerukan umatnya untuk bersiap-siap menghadapi akhir zaman.
Baca Juga: Tanggul Laut Raksasa Hanya Solusi Sementara Cegah Jakarta Tenggelam?
Lee Jang-rim: Sosok Di Balik Dami Mission
Polisi pada akhirnya berhasil menangkap Lee Jang-rim, pendiri Gereja Dami, atas dua tuduhan serius: penyebaran ajaran sesat dan penyelewengan dana gereja senilai 27 ribu USD atau sekitar 360 juta rupiah.
Siapa sebenarnya Lee Jang-rim?
Pada tahun 1987, namanya menjadi perbincangan publik setelah menerbitkan buku berjudul “Prepare for The Coming Future”. Buku ini menguraikan tiga poin utama: pertama, Yesus akan turun ke bumi dan mengangkat orang-orang baik pada tanggal 28 Oktober 1992; kedua, sekitar satu juta orang akan diangkat ke surga; ketiga, orang-orang yang nggak terangkat akan mengalami penderitaan di bumi sampai hari kiamat yang akan datang tujuh tahun kemudian, pada 1999.
Buku ini menjadi sangat populer, memicu pertumbuhan pesat ajaran Gereja Dami yang dipimpin oleh Lee Jang-rim. Dalam waktu singkat, Gereja Dami telah merambah ke berbagai wilayah, dengan total 250 gereja di Korea dan 40 gereja di luar negeri. Fenomena ini menunjukkan betapa besar pengaruh Lee Jang-rim dan ajarannya dalam masyarakat pada waktu itu.
Apa yang Terjadi di 28 Oktober 1992?
Pada hari yang ditunggu-tunggu, Rabu, 28 Oktober 1992, sekitar 1500 petugas keamanan, 200 detektif, dan 100 wartawan bersiap-siap di sekitar wilayah tersebut. Di sisi lain, sekitar 3000 warga Seoul juga berkumpul dengan penuh antisipasi, penasaran akan apa yang akan terjadi pada pukul 12 malam.
Pengikut Lee Jang-rim pun berkumpul sejak jam 8 malam, penuh harap dan penuh keyakinan. Mereka berdoa dan menyanyi, menanti saat-saat pengangkatan yang dijanjikan.
Namun, saat waktu yang ditunggu tiba, nggak ada yang terjadi. Nggak ada pengangkatan apapun. Rasa kekecewaan segera memenuhi udara, diikuti dengan protes yang menggema dari para pengikut yang merasa dikhianati oleh ajaran yang mereka percayai.
Nantinya, ketika rumah Lee Jang-rim diperiksa, ditemukan surat-surat berharga yang bisa dicairkan pada 1993–satu tahun setelah kiamat terjadi versi ajaran Gereja Dami. Temuan ini menjadi ironi sekaligus bukti yang cukup kuat kalau ajaran yang digaungkan adalah sebuah penipuan.
Akibatnya, Lee Jang-rim dijatuhi hukuman penjara selama satu tahun. Kejadian ini juga menjadi satu di antara sekian banyak alasan mengapa agama sesat semakin berkembang di Korea.
Baca Juga: Pengalaman Alexander Matthew: Kereta Cepat Jerman Selalu Telat?
Hukuman Ajaran Sesat di Korsel
Kerugian yang dialami oleh para korban penipuan seringkali nggak sebanding dengan hukuman yang diterima oleh para penipu ini. “Hal ini menjadi masalah yang cukup serius yang harus segera ditangani oleh pemerintah Korea,” jelas Hansol.
Hansol menjelaskan kalau praktik ini menjadi mudah dipercaya karena khotbah yang sangat detail kepada pengikutnya. Mereka menggunakan kata-kata yang sangat spesifik, misalnya “Tuhan akan memberkati kamu pada tanggal sekian.”
Dengan memberikan prediksi yang begitu terperinci, ini membuat pengikutnya merasa memiliki pemahaman yang lebih jelas tentang masa depan mereka, dan itu dapat meningkatkan rasa kepercayaan mereka.
***
Memang, benar-benar ngeri, ya, TeMantappu? Ajaran sesat bisa membawa dampak merugikan bagi masyarakat. Penegakan hukum yang tegas juga perlu dilakukan buat mencegah penyebaran ajaran sesat dan memberikan efek jera kepada para pelaku. Setuju?
Media Sosial Jang Hansol
Nantikan konten terbaru dari Korea Reomit dengan mengikuti media sosial Hansol di bawah ini: