Get In Touch
Menara Caraka, Lantai 12, Jl. Mega Kuningan Barat, Blok E4 7 No. 1, Kawasan Mega
Kuningan, Jakarta 12950
Work Inquiries
partnership@mantappu.com
(+62) 818 0401 3060

Dokter Ekida: Kejang Bukan Kesurupan, tapi Gangguan Medis

May 9, 2024

by Fahma Ainurrizka

Banyak orang masih menganggap kondisi kejang epilepsi bukan sebagai gangguan medis, melainkan sebagai tanda masuknya roh jahat, kesurupan, atau dampak dari praktik-praktik supranatural. Lebih buruk lagi, stigma ini sering kali dipercayai sebagai sesuatu yang menular, menambah kesulitan bagi pasien kejang epilepsi untuk mendapat bantuan yang mereka perlukan. Yuk, kita bongkar mitos dan miskonsepsi ini bareng Dokter Ekida!

Dokter Ekida Rehan, talent Mantappu Corp. | Sumber: Instagram/ekidarehanf

Halo, TeMantappu!

Kesurupan seringkali dicap sebagai penyebab dari kejang tiba-tiba yang dialami seseorang. Banyak orang yang, ketika menyaksikan seseorang mengalami kejang-kejang tanpa sebab yang jelas, langsung menyimpulkan kalau itu adalah tanda kesurupan roh jahat atau entitas supranatural lainnya. Akibatnya, mereka menjadi takut untuk memberikan pertolongan karena khawatir akan tertular “kesurupan” pula.

Nyatanya, kejang tiba-tiba bukanlah indikasi dari kesurupan atau kehadiran roh jahat, lho. Sebaliknya, itu merupakan gejala dari gangguan medis serius yang disebut epilepsi. Epilepsi adalah gangguan neurologis yang ditandai oleh aktivitas listrik yang abnormal di otak, yang dapat menyebabkan serangan kejang yang tak terduga. Yuk, kita bahas lebih detail bersama Dokter Ekida!

Kejang Bukanlah Kesurupan

Dokter Ekida Rehan menjelaskan kondisi kejang yang kerap dikira kesurupan | Sumber: TikTok/ekidarehanf

Dokter Ekida memberikan tanggapannya terhadap video yang menampilkan seseorang yang tiba-tiba mengalami kejang di tengah pasar. “Banyak yang menyebut fenomena seperti ini sebagai kesurupan, kesamber setan, atau praktik guna-guna, tetapi sebenarnya secara medis ini disebut sebagai ‘kejang’ atau ‘ayan’ dalam istilah awam. Lebih tepatnya, kejang merupakan salah satu gejala yang sering terkait dengan kondisi medis seperti epilepsi.” terangnya.

Tapi, apa, sih, sebenarnya yang menyebabkan kejang?

Dokter Ekida menjelaskan kalau kejang terjadi karena aktivitas listrik yang berlebihan di otak, menyebabkan otot-otot tubuh menjadi kaku dan mengalami kelojotan. Pemicu kejang bisa bermacam-macam.

“Bisa disebabkan oleh kondisi serius, seperti stroke, infeksi pada otak, atau bahkan trauma fisik seperti benturan pada kepala. Selain itu, kejang juga bisa terjadi karena demam tinggi, terutama pada anak-anak di bawah usia lima tahun.” jelas Dokter Ekida lebih lanjut.

Nggak Perlu Dijauhi

Dokter Ekida Rehan menjelaskan kondisi kejang yang kerap dikira kesurupan | Sumber: TikTok/ekidarehanf

“Perlu diingat kalau kejang ini tidak menular,” himbau dokter Ekida. “Jadi nggak perlu dijauhi atau takut sama orang yang kejang.” lanjutnya. Seringkali, ketika seseorang menyaksikan orang lain mengalami kejang, timbul ketakutan kondisi itu bisa menular. Namun, Dokter Ekida menegaskan kalau epilepsi, yang seringkali menyebabkan kejang, bukanlah suatu kondisi yang menular melalui kontak fisik.

Selain itu, Dokter Ekida juga memberikan saran mengenai apa yang seharusnya dilakukan ketika seseorang mengalami kejang. “Kejang yang sederhana biasanya akan berhenti sendiri,” lanjutnya, “tapi kalau kejang terus berulang, orang tersebut mulai kehilangan kesadaran, atau kejangnya sudah berlangsung lebih dari 5 menit, segera bawa ke dokter.” terangnya.

Dengan memahami tindakan yang tepat dan mengetahui kalau kejang bukanlah suatu yang menular, kita bisa memberikan bantuan yang tepat waktu dan memastikan keselamatan mereka yang mengalami kondisi ini.

Pertolongan Pertama yang Bisa Kamu Lakukan

Dokter Ekida Rehan menjelaskan kondisi kejang yang kerap dikira kesurupan | Sumber: TikTok/ekidarehanf

Dokter Ekida memberikan panduan untuk memberikan pertolongan pertama kepada seseorang yang mengalami kejang.

“Pertama-tama, penting untuk diingat agar nggak mengerumuni orang yang sedang mengalami kejang,” lanjut Dokter Ekida. Sebaliknya, berikanlah jarak yang cukup agar mereka bisa bernapas dengan lebih leluasa. Ini membantu memastikan aliran udara yang optimal saat keadaan darurat seperti ini, lho.

Selanjutnya, Dokter Ekida menyoroti pentingnya memiringkan kepala orang yang sedang kejang. “Kedua, kepalanya bisa dimiringkan sehingga air liur yang keluar itu nggak masuk lagi ke saluran napas,” tambahnya. Tindakan sederhana ini dapat mencegah terjadinya penyumbatan yang berpotensi mengancam keselamatan seseorang.

“Nggak hanya itu, merekam kejadian kejang juga sangat penting,” sambung Dokter Ekida. Ini bukan tanpa alasan. “Dengan merekam kejadian tersebut, dokter nantinya dapat memperoleh informasi tentang jenis kejang, lamanya kejang, serta faktor-faktor pemicunya. Hal ini akan sangat membantu dalam diagnosis dan pengelolaan kondisi medis yang mendasarinya.” jelasnya.

Terakhir, Dokter Ekida menekankan pentingnya untuk nggak mencoba menahan gerakan kejang atau memasukkan benda apapun ke dalam mulut orang yang sedang kejang. “Mencoba menghentikan gerakan kejang atau memasukkan benda ke dalam mulut dapat menimbulkan risiko cedera tambahan,” tambahnya.

“Yang terbaik adalah tetap tenang dan mengikuti panduan medis yang tepat untuk memberikan pertolongan pertama yang aman dan efektif,” terang Dokter Ekida. 

Jangan lupa pula, pastikan menjaga keamanan mereka dengan membersihkan sekitar dari benda-benda yang bisa menyebabkan cedera juga melindungi kepala mereka dengan bantuan bantal atau benda lembut lainnya, ya!

***

So, ingat, ya, TeMantappu kalau epilepsi nggak menular melalui kontak fisik, jadi nggak perlu khawatir akan tertular kala memberikan pertolongan. Yuk, terus belajar bersama-sama buat memerangi stigma dan nggak ragu berikan bantuan bagi sesama!

Media Sosial Ekida Rehan

Yuk, ikuti media sosial Ekida Rehan buat dapetin insight seputar isu kesehatan lain!

Artikel Lainnya tentang Ekida Rehan

Tonton pengalaman Ekida Rehan meniti karier sebagai dokter!

Recent Posts

WenJelajah: Proyek Owen Eksplorasi Lingkungan di Indonesia

WenJelajah: Proyek Owen Eksplorasi Lingkungan di Indonesia

Owen, selepas lulus dari Avans University of Applied Sciences di Belanda, kini punya proyek baru, WenJelajah, yang mengajak kita mengeksplorasi kekayaan alam Indonesia. Dalam perjalanan pertamanya ke Sumba, Owen menyaksikan inovasi ramah lingkungan di Paud Efata, sekolah yang dibangun dari sampah plastik yang didirikan Rumah Lukis Erika. Melalui WenJelajah, Owen mengajak generasi muda untuk lebih peduli terhadap lingkungan dan mengenal keindahan alam Indonesia. Yuk, simak keseruannya!

Hari Terakhir Yusuke di Indonesia: Rating Wisata Kuliner di Sekitar Kos

Hari Terakhir Yusuke di Indonesia: Rating Kuliner di Sekitar Kos

Yusuke menghabiskan hari terakhirnya di Indonesia dengan mencicipi berbagai makanan enak di sekitar kosannya. Dari sarapan bubur ayam hingga makan siang bakmi, ia berbagi pengalamannya mencoba kuliner Indonesia. Dalam artikel ini, Yusuke juga memberikan rating untuk setiap makanan yang ia coba, serta berbagi kesan tentang kebudayaan dan lingkungan sekitar yang ia temui. Baca pengalaman serunya menjelajah kuliner Indonesia sebelum kembali ke Jepang!

3 Kebiasaan Unik Orang Korea Versi Jang Hansol

3 Kebiasaan Unik Orang Korea Versi Jang Hansol

Kenali tiga fakta unik kebiasaan orang Korea yang dibagikan Jang Hansol! Dari keheranan mereka melihat orang Indonesia makan nasi goreng dengan es campur, kebiasaan nonton drama Korea yang beda, sampai tradisi sikat gigi setelah makan siang di kantor. Simak selengkapnya untuk tahu serunya perbedaan budaya Indonesia-Korea di artikel ini!