Banyak orang masih menganggap kondisi kejang epilepsi bukan sebagai gangguan medis, melainkan sebagai tanda masuknya roh jahat, kesurupan, atau dampak dari praktik-praktik supranatural. Lebih buruk lagi, stigma ini sering kali dipercayai sebagai sesuatu yang menular, menambah kesulitan bagi pasien kejang epilepsi untuk mendapat bantuan yang mereka perlukan. Yuk, kita bongkar mitos dan miskonsepsi ini bareng Dokter Ekida!
Halo, TeMantappu!
Kesurupan seringkali dicap sebagai penyebab dari kejang tiba-tiba yang dialami seseorang. Banyak orang yang, ketika menyaksikan seseorang mengalami kejang-kejang tanpa sebab yang jelas, langsung menyimpulkan kalau itu adalah tanda kesurupan roh jahat atau entitas supranatural lainnya. Akibatnya, mereka menjadi takut untuk memberikan pertolongan karena khawatir akan tertular “kesurupan” pula.
Nyatanya, kejang tiba-tiba bukanlah indikasi dari kesurupan atau kehadiran roh jahat, lho. Sebaliknya, itu merupakan gejala dari gangguan medis serius yang disebut epilepsi. Epilepsi adalah gangguan neurologis yang ditandai oleh aktivitas listrik yang abnormal di otak, yang dapat menyebabkan serangan kejang yang tak terduga. Yuk, kita bahas lebih detail bersama Dokter Ekida!
Table of Contents
Kejang Bukanlah Kesurupan
Dokter Ekida memberikan tanggapannya terhadap video yang menampilkan seseorang yang tiba-tiba mengalami kejang di tengah pasar. “Banyak yang menyebut fenomena seperti ini sebagai kesurupan, kesamber setan, atau praktik guna-guna, tetapi sebenarnya secara medis ini disebut sebagai ‘kejang’ atau ‘ayan’ dalam istilah awam. Lebih tepatnya, kejang merupakan salah satu gejala yang sering terkait dengan kondisi medis seperti epilepsi.” terangnya.
Tapi, apa, sih, sebenarnya yang menyebabkan kejang?
Dokter Ekida menjelaskan kalau kejang terjadi karena aktivitas listrik yang berlebihan di otak, menyebabkan otot-otot tubuh menjadi kaku dan mengalami kelojotan. Pemicu kejang bisa bermacam-macam.
“Bisa disebabkan oleh kondisi serius, seperti stroke, infeksi pada otak, atau bahkan trauma fisik seperti benturan pada kepala. Selain itu, kejang juga bisa terjadi karena demam tinggi, terutama pada anak-anak di bawah usia lima tahun.” jelas Dokter Ekida lebih lanjut.
Baca Juga: Tampil Flawless dengan Pinterest Korean Makeup Ala Melly Krista
Nggak Perlu Dijauhi
“Perlu diingat kalau kejang ini tidak menular,” himbau dokter Ekida. “Jadi nggak perlu dijauhi atau takut sama orang yang kejang.” lanjutnya. Seringkali, ketika seseorang menyaksikan orang lain mengalami kejang, timbul ketakutan kondisi itu bisa menular. Namun, Dokter Ekida menegaskan kalau epilepsi, yang seringkali menyebabkan kejang, bukanlah suatu kondisi yang menular melalui kontak fisik.
Selain itu, Dokter Ekida juga memberikan saran mengenai apa yang seharusnya dilakukan ketika seseorang mengalami kejang. “Kejang yang sederhana biasanya akan berhenti sendiri,” lanjutnya, “tapi kalau kejang terus berulang, orang tersebut mulai kehilangan kesadaran, atau kejangnya sudah berlangsung lebih dari 5 menit, segera bawa ke dokter.” terangnya.
Dengan memahami tindakan yang tepat dan mengetahui kalau kejang bukanlah suatu yang menular, kita bisa memberikan bantuan yang tepat waktu dan memastikan keselamatan mereka yang mengalami kondisi ini.
Baca Juga: Tanggul Laut Raksasa Hanya Solusi Sementara Cegah Jakarta Tenggelam?
Pertolongan Pertama yang Bisa Kamu Lakukan
Dokter Ekida memberikan panduan untuk memberikan pertolongan pertama kepada seseorang yang mengalami kejang.
“Pertama-tama, penting untuk diingat agar nggak mengerumuni orang yang sedang mengalami kejang,” lanjut Dokter Ekida. Sebaliknya, berikanlah jarak yang cukup agar mereka bisa bernapas dengan lebih leluasa. Ini membantu memastikan aliran udara yang optimal saat keadaan darurat seperti ini, lho.
Selanjutnya, Dokter Ekida menyoroti pentingnya memiringkan kepala orang yang sedang kejang. “Kedua, kepalanya bisa dimiringkan sehingga air liur yang keluar itu nggak masuk lagi ke saluran napas,” tambahnya. Tindakan sederhana ini dapat mencegah terjadinya penyumbatan yang berpotensi mengancam keselamatan seseorang.
“Nggak hanya itu, merekam kejadian kejang juga sangat penting,” sambung Dokter Ekida. Ini bukan tanpa alasan. “Dengan merekam kejadian tersebut, dokter nantinya dapat memperoleh informasi tentang jenis kejang, lamanya kejang, serta faktor-faktor pemicunya. Hal ini akan sangat membantu dalam diagnosis dan pengelolaan kondisi medis yang mendasarinya.” jelasnya.
Terakhir, Dokter Ekida menekankan pentingnya untuk nggak mencoba menahan gerakan kejang atau memasukkan benda apapun ke dalam mulut orang yang sedang kejang. “Mencoba menghentikan gerakan kejang atau memasukkan benda ke dalam mulut dapat menimbulkan risiko cedera tambahan,” tambahnya.
“Yang terbaik adalah tetap tenang dan mengikuti panduan medis yang tepat untuk memberikan pertolongan pertama yang aman dan efektif,” terang Dokter Ekida.
Jangan lupa pula, pastikan menjaga keamanan mereka dengan membersihkan sekitar dari benda-benda yang bisa menyebabkan cedera juga melindungi kepala mereka dengan bantuan bantal atau benda lembut lainnya, ya!
***
So, ingat, ya, TeMantappu kalau epilepsi nggak menular melalui kontak fisik, jadi nggak perlu khawatir akan tertular kala memberikan pertolongan. Yuk, terus belajar bersama-sama buat memerangi stigma dan nggak ragu berikan bantuan bagi sesama!
Media Sosial Ekida Rehan
Yuk, ikuti media sosial Ekida Rehan buat dapetin insight seputar isu kesehatan lain!
Artikel Lainnya tentang Ekida Rehan
- Pengalaman Internship Ekida di Langkat
- Perjalanan Duo Kembar Farhan-Ekida Kuliah Kedokteran
- Arti Keluarga bagi Ekida Rehan dan Farhan Firmansyah
- Wawancara Eksklusif Ekida dan Farhan Bahas Healthy Lifestyle Anak Muda
- Tips Skincare Ekida Rehan: 5 Hal yang Harus Kamu Perhatikan
- Kupas Tuntas Isu Kesehatan bareng Ekida Rehan, Gimana Cara Meninggikan Badan?
- Hujan dan Flu: Apa Hubungannya? Ini Penjelasan Ekida Rehan