Banyak sisi lain dari Jerman yang jauh berbeda dari Indonesia. Kali ini, Matthew menyusuri fakta unik tentang perbedaan mencolok antara eskalator di Jerman dan di Indonesia. Kira-kira, apa, sih, perbedaannya? Yuk, kita bahas lebih lanjut!
Halo, TeMantappu!
Di Indonesia, eskalator umumnya terbagi menjadi dua sisi yang terpisah dengan jelas: satu untuk naik dan satu lagi untuk turun. Tapi, Matthew menemukan fakta menarik kalau di Jerman, penggunaan eskalator memiliki beberapa perbedaan yang mencolok dengan praktik di Indonesia.
Salah satu perbedaan yang mencolok adalah penggunaan eskalator dua arah di Jerman. Eskalator ini dapat digunakan baik untuk naik maupun turun, memberi fleksibilitas yang lebih besar dalam penggunaannya. Yuk, kita bahas bareng Matthew!
Table of Contents
Eskalator Dua Arah di Jerman
“Satu eskalator bisa untuk dua arah. Tergantung siapa yang lagi pakai,” ungkap Matthew menjelaskan cara kerja eskalator di Jerman.
Matthew menjelaskan kalau di Jerman, ada eskalator yang memiliki tanda dua arah, yang artinya eskalator tersebut dapat berfungsi baik untuk naik maupun turun sesuai kebutuhan. Ini bisa disebut fitur yang nggak umum ditemukan di Indonesia, di mana eskalator biasanya hanya berfungsi satu arah, baik naik atau turun, dan nggak bisa diubah arah penggunaannya.
Fitur lain yang menarik dari eskalator di Jerman adalah efisiensi energinya. Eskalator ini dirancang untuk mati atau berhenti ketika nggak ada pergerakan yang terdeteksi. Jadi, kalau nggak ada orang yang menggunakan eskalator, ia akan berhenti beroperasi untuk menghemat energi. Tapi, ketika seseorang mendekati eskalator, sensor yang terpasang di atasnya akan mendeteksi pergerakan dan eskalator akan mulai bergerak kembali.
Selain efisiensi energi, fitur ini juga meningkatkan umur panjang dari eskalator itu sendiri, lho, karena nggak beroperasi terus-menerus tanpa adanya pengguna. Teknologi ini nggak hanya memperbaiki efisiensi penggunaan energi, tetapi juga memperpanjang masa pakai perangkat tersebut, mengurangi biaya pemeliharaan jangka panjang.
Baca Juga: Gaji Tukang Sampah di Belanda Mencapai Dua Digit?
Matthew Mencoba Eskalator Dua Arah di Jerman
Matthew juga sempat mencoba inovasi eskalator dua arah ini di Jerman. Ia mencoba naik turun lantai dengan menggunakan satu eskalator yang sama.
“Jadi hemat dan efisien banget,” komentar Matthew. Eskalator ini nggak hanya menghemat energi tetapi juga mengoptimalkan penggunaan ruang dan waktu.
Tapi, eskalator tipe begini cocok diterapkan di Indonesia nggak, sih?
Kayaknya perlu dipastikan ulang infrastruktur pendukung seperti ukuran dan desain tempat, serta kebiasaan penggunaan eskalator, udah sesuai atau belum biar kenyamanan pengguna tetap menjadi prioritas utama.
Dan yang pasti, edukasi bakalan sangat penting! Ini buat membantu mengurangi kemungkinan kebingungan atau kecelakaan saat penggunaan eskalator sekaligus meningkatkan kesadaran akan manfaat dan cara optimal untuk menggunakan eskalator dua arah.
Nggak lucu, dong, saat teknologi yang seharusnya membuat penggunaan eskalator lebih efisien malah nantinya mengakibatkan antrian yang panjang? Hihi.
Baca Juga: Erika Ebisawa Cover Lagu OST Anime dan Hits Jepang, Ada Yoasobi!
***
Jadi, gimana menurutmu TeMantappu kalau eskalator dua arah ini diterapkan di Indonesia? Cocok atau nggak, ya?
Media Sosial Alexander Matthew
Mau tahu lebih banyak tentang fakta lain seputar Jerman? Ikuti media sosial Matthew di bawah ini biar nggak ketinggalan upcoming updates dari Matthew:
Artikel Terkait
- Matthew, Mahasiswa Indo yang Bawa Rice Cooker ke KFC Jerman!
- Jelajah Edinburgh ‘Kota Kelahiran Harry Potter’ bareng Alexander Matthew
- MantaView Birthday Edition – Alexander Matthew Berulang Tahun ke-22!
- 5 Fakta Unik Jerman Versi Alexander Matthew
- Sisi Gelap Jerman yang Jarang Diketahui Versi Alexander Matthew
- Cap Lang Bukan Produk Indonesia? Simak Penjelasan Alexander Matthew
- Pengalaman Alexander Matthew: Kereta Cepat Jerman Selalu Telat?
- CCTV dan AC Lumrah di Indonesia, tapi Jarang Ada di Jerman?