Get In Touch
Menara Caraka, Lantai 12, Jl. Mega Kuningan Barat, Blok E4 7 No. 1, Kawasan Mega
Kuningan, Jakarta 12950
Work Inquiries
partnership@mantappu.com
(+62) 818 0401 3060

Pengalaman Yusuke Sakazaki Cari Kerja di Jepang

June 14, 2024

by Fahma Ainurrizka

Yusuke Sakazaki dan Erika Ebisawa kali ini berbagi cerita tentang pengalaman mereka cari kerja di Jepang. Kira-kira proses job hunting di Jepang berbeda atau sama dengan di Indonesia, ya? Dalam obrolan mereka, Yusuke dan Erika mengulik mulai dari persiapan, pencarian, hingga tahap wawancara dalam mencari pekerjaan di Jepang. Yuk, kita simak!

Yusuke dan Erika | Sumber: Instagram/@erikaebisawa dan Instagram/@skzk_yusuke

Minasan, Konnijiwa!

Seperti yang telah diketahui, semenjak Waseda Boys berpisah, Yusuke berencana untuk mencari pekerjaan di Jepang. Kali ini, bersama Erika, mereka berdua membahas proses pencarian pekerjaan di Jepang yang ternyata dimulai sejak awal, bahkan sebelum lulus dari universitas. Selain itu, mereka juga membandingkan pandangan masyarakat terhadap side job dan part-time job di Jepang dengan di Indonesia.

Dari percakapan mereka, terlihat meskipun ada kesamaan dalam proses pencarian kerja di Jepang dan Indonesia, tetap saja terdapat perbedaan signifikan dalam pendekatannya. Yuk, kita simak bareng!

Job Hunting di Indonesia dan di Jepang

Ternyata, ada perbedaan mencolok antara cara mencari pekerjaan di Indonesia dan Jepang, loh! Menurut cerita dari Yusuke, di Jepang, job hunting itu dimulai sejak tingkat tiga waktu kuliah. 

Beda banget sama di Indonesia, kan? Di sini, baru, deh, mulai nyari kerja selepas lulus kuliah. Makanya, di Indonesia, biasanya ada waktu beberapa bulan buat menganggur (waktu tunggu) sampai akhirnya dapat kerjaan. “Dan jangan lupa internship juga biasanya diambil pas masih jadi mahasiswa,” tambah Erika.

Nah, Yusuke juga cerita kalau ia sempet kesulitan waktu nyari kerja di Jepang gara-gara kesibukan bikin konten waktu kuliah dan nggak job hunting selama kuliah ataupun mengikuti internship. Jadi, ini membuat ia “terlambat” gitu, deh, ketimbang mahasiswa Jepang lainnya. “Tapi, untungnya ada beberapa perusahaan yang masih nerima, meskipun sudah lulus,” cerita Yusuke. Bagi keduanya cari kerja di Jepang lebih strict, tapi memang tergantung juga sama perusahaannya.

Yusuke Melamar ke 40 Perusahaan di Jepang

Yusuke ngasih tahu kalau dia udah ngelamar ke 40 perusahaan sejak Februari, lho. Katanya sih, karena dream-company versi Yusuke memang perusahaan yang sudah besar dan sustain. “Soalnya susah, kan (cari kerja di Jepang),” celetuk Yusuke. Sambil bercanda, ia menambahkan, “Eh, kan apply-nya gratis, jadi coba aja dulu, siapa tau dapet!”

Nah, Yusuke juga cerita kalau ia udah diterima di satu perusahaan, tapi karena masih pengin ngejar kesempatan lain, jadi masih in hold dulu. “Masih aku keep dulu, nunggu aja,” jelasnya.

Erika juga ikutan sharing pengalaman waktu job hunting. Katanya, waktu itu ia cuma ngisi formulir sekali, terus wawancara online dan wawancara langsung (in-person), dan langsung diterima, deh. Erika saat itu cuma ngelamar ke satu perusahaan saja waktu dia masih mahasiswa tingkat 4.

Kerja Sambil Jadi Content Creator?

Erika, meskipun udah punya pekerjaan tetap di Jepang, tetap aktif bikin konten sebagai “side job”.

Berbeda dengan Erika, saat ditanya keinginginan-nya apakah pengin tetep bikin konten pas udah kerja nanti atau berhenti saja, Yusuke bilang kalau ia nggak punya rencana spesifik buat tetep bikin konten. “Tapi kalo bisa dan boleh, aku nggak masalah. Tapi yang jelas, pekerjaan tetap jadi prioritas utama.” terangnya. Misalnya kalau aturan di tempat kerja Yusuke nggak ngizinin, ia juga nggak masalah buat ngurangin kegiatannya atau malah berhenti total.

Erika juga menambahkan, kalau memang ada beberapa perusahaan besar di Jepang yang nggak ngizinin karyawannya buat punya side job atau pekerjaan lain yang bisa menambah pundi-pundi, termasuk jadi kreator konten. Jadi, memang kudu sesuaiin aturan dan kebijakan di masing-masing tempat kerja, ya.

Kerja Kantoran Dipandang Tinggi di Jepang

Di Jepang, kerja kantoran masih dianggap prestisius banget, loh!

Menurut penjelasan dari Erika, di sana, kerja kantoran masih dianggap mulia. “Kalau kamu, misalnya, mau stay di rumah aja (sebagai kreator konten), itu terlihat aneh, atau bahkan kerja part-time aja masih dipandang sebelah mata,” ujarnya.

Nah, pas ditanya alasan Yusuke lebih memilih kerja kantoran daripada jadi kreator konten, ia jawab dengan jujur, “Aku pengin cari skill yang lebih, dan mungkin juga gaji yang stabil,” meskipun Yusuke sadar pendapatan sebagai influencer jauh lebih besar daripada kerja kantoran. Jadi, bisa dibilang, meskipun influencer bisa menghasilkan lebih banyak uang, tapi yang lebih penting buat Yusuke adalah mencari kestabilan dan skill yang lebih luas di dunia kerja.

Formulir Kerja di Jepang

Ternyata, kalau mau cari kerja dan melamar pekerjaan di Jepang, ada beberapa formulir yang harus diisi., lho.

Menurut cerita dari Yusuke, saat kita melamar kerja di Jepang, ada formulir yang minta kita ceritain tentang diri kita, pengalaman kerja, alasan kenapa mau daftar di situ, kelebihan, kelemahan, sampai apa aja yang udah kita lakuin selama jadi mahasiswa.

Nah, menariknya, Yusuke ngaku kalau dia menulis “membuat konten di YouTube” sebagai kesibukannya semasa kuliah. Biasanya, orang Jepang lebih suka nulis kegiatan belajar atau ekstrakurikuler yang mereka ambil.

Tapi ada fun fact lagi, loh! Orang Jepang juga ngeliat karakter dan sifat kita, lho, buat diterima di perusahaan mereka. Erika punya cerita saat selesai wawancara dan diterima kerja, ternyata dia dibilang sama HRD-nya kalau senyumnya pas wawancara itu bagus banget. Katanya, “Kamu selama wawancara selalu tersenyum dan terpancar aura positifnya, makanya kamu diterima.” Jadi, selain skill, karakter dan sikap yang baik juga penting banget, loh, buat menunjukkan kalo kita mau berkembang.


So, bisa dibilang, job hunting di Jepang dan di Indonesia punya sistem dan pendekatan yang cukup berbeda, ya. Meskipun tujuannya sama-sama cari kerja, tapi prosesnya bisa beda banget. Kalau TeMantappu lagi job hunting, semoga sukses selalu dalam mencari pekerjaan yang diinginkan, ya!

Media Sosial Yusuke Sakazaki

Biar kamu nggak ketinggalan keseruan aktivitas Yusuke, ikuti media sosialnya di bawah ini:

Tonton kolaborasi Yusuke bareng Otsuka di sini!

Recent Posts

Jang Hansol Umumkan Kelahiran Anak Pertama, Jang Ruel!

Jang Hansol Umumkan Kelahiran Anak Pertama, Jang Ruel!

Jang Hansol, kreator di balik Korea Reomit, kini resmi menjadi ayah setelah kelahiran putra pertamanya, Jang Ruel. Lahir pada 23 November 2024, Ruel membawa kebahagiaan besar bagi Hansol dan istrinya, Jeanette. Dalam akun YouTube miliknya, Hansol mengungkap arti nama Ruel, yang bermakna “teman Tuhan,” serta pengalaman pertamanya merawat sang bayi. Ia juga berbagi rencana akan mengajarkan berbagai bahasa kepada Ruel, termasuk Korea, Inggris, dan Indonesia. Intip cerita selengkapnya tentang Jang Ruel di sini!

Bedah Personal Statement ala Nadhira Afifa: Rahasia Diterima di Harvard

Tips Bikin Personal Statement ala Nadhira Afifa: Rahasia Diterima di Harvard

Personal statement adalah salah satu kunci sukses dalam aplikasi S2, dan Nadhira Afifa, lulusan cumlaude Fakultas Kedokteran UI dan Harvard T.H. Chan School of Public Health, punya tips jitu buat kamu yang ingin diterima di kampus impian. Dari cara menyusun paragraf pertama yang menarik, hingga mengungkapkan alasan dan rencana masa depan, Nadhira menjelaskan semua langkah dengan cara yang mudah dipahami. Simak panduannya dan buat personal statement-mu lebih menonjol!

Pengalaman Yusuke Menonton Kembang Api dan Kulineran di Macau!

Yusuke di Macau: Nonton Kembang Api dan Kulineran!

Setelah menghabiskan waktu di Indonesia, hidup ala anak kos dengan menikmati lauk-pauk dan makanan warteg, Yusuke tiba-tiba berubah jadi traveller dan melanjutkan perjalanan ke Macau! Di sana, ia mencoba berbagai pengalaman unik, mulai dari menonton kembang api hingga menikmati serunya wisata air. Simak cerita seru Yusuke saat menjelajahi kuliner lokal, mencoba makanan Jepang, dan berbagi momen menarik lainnya selama di Macau. Simak di sini!