Setelah berpetualang menikmati berbagai kuliner Indonesia langsung di tanah air, kali ini Yusuke mencoba sebuah warteg Indonesia yang berlokasi di Jepang. Kira-kira, gimana pengalaman kuliner Yusuke kali ini? Apa rasa masakan Indonesia di Jepang bisa menandingi otentisitasnya di tanah air? Yuk, kita simak perjalanan kuliner Yusuke kali ini!
Minasan, Konnijiwa!
Yusuke bareng Kencampur, kreator konten yang juga banyak membahas mengenai Indonesia, kali ini nyobain warteg yang menyajikan masakan Indonesia di Jepang! “Susah banget dapetin makanan Indonesia di sini, makanya aku kangen banget,” kata Yusuke penuh semangat. Emang bener, sih, nyari makanan Indonesia di Jepang tuh kayak nyari jarum di tumpukan jerami. Selain susah nemunya, harganya juga biasanya lebih mahal, hihi.
Tapi, Yusuke tetep semangat buat menjajal kuliner Indonesia. Warteg yang mau mereka kunjungi ini katanya punya berbagai hidangan khas Indonesia, dari nasi goreng, rendang, sampai sate ayam. Apakah rasanya bakal autentik masakan yang pernah Yusuke cicipi langsung di Indonesia? Atau ada sentuhan lokal Jepang yang bikin rasanya unik?
Yuk, kita ikuti perjalanan kuliner Yusuke dan Kencampur kali ini. Gimana, ya, kesan mereka sama masakan yang disajikan? Apakah bisa ngilangin rasa kangen mereka terhadap kuliner tanah air? Yuk, simak bareng-bareng!
Table of Contents
Ada 3 Restoran Indonesia di Tokyo
Yusuke menjelaskan kalau sebenarnya di Tokyo ada tiga restoran Indonesia yang patut dicoba. Salah satunya adalah Cinta Jawa Cafe di Shibuya. Yusuke sering banget mampir ke sana buat menikmati hidangan khas Indonesia yang bikin kangen tanah air.
Selain itu, ada juga Monggo Moro, restoran yang mau dikunjungi Yusuke hari ini karena dia belum pernah nyobain. Sedangkan Kencampur, temannya, udah tiga kali datang ke warteg ini. “Aku pengen tahu apa yang bikin Kencampur balik lagi ke sini,” kata Yusuke dengan antusias.
Selain dua restoran tersebut, ada satu lagi yaitu Kuta Bali Cafe yang lokasinya agak jauh dari pusat Tokyo, tepatnya di Hachioji. “Kalau punya waktu lebih, aku pengen main kesana juga,” lanjut Yusuke.
Monggo Moro sendiri lokasinya strategis, sekitar 10 menit jalan kaki dari stasiun Shinjuku. Tempatnya terkenal dengan suasana hangat dan menu-menu khas Indonesia kayak nasi padang, ayam penyet, dan mie goreng. Yusuke dan Kencampur berharap bisa menemukan rasa autentik Indonesia di sini.
Baca Juga: Potret Hitomi Memakai Kimono, Tampil Anggun dan Elegan!
Warteg Indonesia di Jepang
Saat tiba di sana, tampilan restoran dan penyajian makanannya beneran mirip macam warteg di Indonesia, lho, TeMantappu. Yusuke mengaku dia sangat menyukai makanan warteg saat masih di Indonesia dan sering makan di sana.
Menu di warteg ini beragam banget. Ada rendang, pete, jengkol, sampai ikan gurame. Tapi, Yusuke dan Kencampur masih belum berani mencoba pete dan jengkol, hehe.
Yusuke akhirnya memutuskan membeli perkedel, bebek penyet, terong balado, dan jus alpukat. “Wah, ini favoritku banget,” kata Yusuke dengan senyum lebar. Sementara itu, Kencampur pesan ayam geprek dan es teh manis. Awalnya, Kencampur mau beli wedang uwuh, tapi akhirnya berubah pikiran.
Suasana di warteg kerasa akrab dan nyaman. Pelayanannya ramah dan mereka kelihatan kayak orang Indonesia asli. Jadi, selama melayani Yusuke dan Kencampur ngobrolnya pakai bahasa Indonesia.
“Sebenarnya aku kangen banget sama masakan Indonesia, makanya ini rasanya nostalgia banget,” ujar Yusuke. Kencampur setuju dan menambahkan, “Makanan di sini memang enak dan bumbunya berasa banget, hampir mirip sama di Indonesia.”
Yusuke Nostalgia Kuliner Indonesia di Warteg Jepang
Biar lebih terasa vibes-nya kayak di Indonesia, Yusuke dan Kencampur memutuskan makan pakai tangan. Ternyata, di sana juga disediakan air kobokan, lho! Begitu mulai makan, mereka langsung bilang, “Yabai, enak banget, mantap!” karena sudah lama nggak makan makanan Indonesia yang autentik. Sensasi makan pakai tangan juga bikin pengalaman mereka semakin spesial.
Eits, meskipun Yusuke sangat menikmati banyak makanan Indonesia, ada satu yang kurang cocok di lidahnya: lontong dan ketupat. “Teksturnya aneh, kayak mochi tapi nggak lengket,” ungkap Yusuke. Bagi orang Jepang, tekstur lontong memang agak aneh di lidah. Yusuke merasa lebih nyaman dengan nasi biasa yang teksturnya sudah familiar.
Setelah selesai makan, mereka terkejut dengan harga yang harus dibayar. Mereka menghabiskan sekitar 200 ribu untuk makanan yang dipesan. “Padahal kalau di Indonesia, mungkin cuma habis 30 ribuan,” kata Kencampur sambil tertawa. Meskipun lebih mahal, mereka merasa harga tersebut sepadan dengan rasa dan pengalaman yang didapatkan di sana.
Baca Juga: Cerita Na Daehoon Menghadapi Culture Shock di Indonesia
Yusuke Ngomongin Tentang Indonesia di Warteg
Selain menikmati makanan lezat di warteg Indonesia di Jepang, Yusuke dan Kencampur juga ngobrol tentang awal mula ketertarikan mereka belajar bahasa Indonesia. Yusuke menceritakan kalau ia mulai belajar bahasa Indonesia saat semester tiga di universitas dan mengambil les di sana.
“Udah dua tahun lebih aku belajar. Awalnya aku fokus sama grammar dari buku. Menurutku gampang, tapi nggak bisa ngobrol,” ungkapnya sambil tersenyum mengenang masa-masa awal belajarnya. Dia menyadari bahwa kunci belajar bahasa Indonesia adalah dengan sering berinteraksi langsung dengan orang Indonesia.
Yusuke juga bercerita bahwa salah satu tantangan utama bagi orang Jepang dalam belajar bahasa Indonesia adalah pelafalan huruf “r” dan “ng”. “Susah banget buat orang Jepang ngomong ‘r’ dan ‘ng’. Aku sering latihan supaya lebih lancar,” katanya sambil tertawa.
Saat ditanya lebih mudah mana antara bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, Yusuke dan Kencampur sepakat kalau bahasa Indonesia lebih mudah. “Buatku, bahasa Indonesia lebih gampang daripada bahasa Inggris. Terutama dalam hal pelafalan dan penggunaan kata,” tambah Kencampur.
Yusuke juga mengungkapkan kalau menonton video di YouTube cukup efektif dalam memperdalam pemahaman bahasa Indonesia. Kadang-kadang dia menonton video dari orang-orang yang dia ajak collab atau video yang sedang trending. “Nonton video di YouTube bisa bantu banget buat dengerin bahasa sehari-hari orang Indonesia,” jelasnya.
Seru, ya? Jadi, buat TeMantappu yang lagi di Jepang dan kangen masakan Indonesia, jangan ragu buat mampir ke warteg ini. Pengalaman makan di sini bukan cuma soal makanan, tapi juga soal kenangan dan kebersamaan. Yuk, ikuti terus perjalanan kuliner Yusuke selanjutnya!
Media Sosial Yusuke Sakazaki
Biar kamu nggak ketinggalan keseruan aktivitas Yusuke, ikuti media sosialnya di bawah ini: