Owen kali ini mengajak kita ke Banyumas, tempat yang punya cara unik dalam mengelola sampah. Di sini, warganya bener-bener aktif dalam menjaga lingkungan, terbukti dari suksesnya program SUMPAH BERUANG yang mereka terapkan. Mereka bisa jual sampah organik dan plastik, yang langsung diambil oleh Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM). Yuk, kita eksplor lebih dalam gimana Banyumas menjadi inspirasi untuk menjaga kebersihan dan kesadaran lingkungan bareng Jerhemy Owen!
Hai, TeMantappu!
Kali ini, Owen menunjukkan cuplikan berita menarik tentang salah satu kabupaten di Indonesia yang mendapat apresiasi dari negara ASEAN atas inovasinya dalam pengelolaan sampah. Sebagai mahasiswa ilmu lingkungan di Belanda, Owen tentu saja tertarik banget dengan kabar ini.
Ternyata, Kabupaten Banyumas menjadi sorotan karena berhasil menerapkan sistem pengelolaan sampah efektif di Indonesia. “Kita sering mendengar Indonesia masih kesulitan dalam mengelola sampahnya sendiri,” ujar Owen. “Tapi, kabupaten ini membuktikan dengan inovasi yang tepat, kita bisa mengatasi masalah ini,” tambahnya optimis.
Yuk, kita ikuti Owen dalam perjalanannya ke TPST Kedungrandu di Banyumas untuk melihat langsung gimana cara mereka mengelola sampah!
Table of Contents
Transformasi Pengelolaan Sampah di Banyumas
Owen bercerita kalau dulu Banyumas menghadapi masalah serius dengan sampah, bahkan mampu menghasilkan 600 ton sampah per hari, lho. Namun, saat ini 80% dari total sampah berhasil diolah dengan baik. “Banyumas sekarang menjadi salah satu daerah dengan sistem pengelolaan sampah terbaik di Indonesia,” jelas Owen.
Menurut Owen, kesan pertamanya saat tiba di Banyumas adalah bersihnya kota tersebut. “Kondisinya bersih. Kontras sekali dengan kondisi lima tahun lalu, guys,” jelas Owen. Ia menjelaskan dulu pengelolaan sampahnya terbatas sementara jumlah penduduk terus bertambah.
Owen juga berkesempatan bertemu dengan Kepala Dinas Lingkungan Hidup di Banyumas yang menjelaskan program SUMPAH BERUANG (Sulap Sampah Berubah Jadi Uang) di Banyumas. Program ini bertujuan untuk mengatasi masalah sampah yang menumpuk.
Sebelumnya, sampah di Banyumas nggak diolah sama sekali. Sekarang, Banyumas telah menghentikan penumpukan sampah dan bahkan sampah yang tercampur dengan tanah sudah dibersihkan menggunakan mesin HUAR biar lebih mudah diproses ke tahap berikutnya. “Yang menarik, mesin ini adalah inovasi langsung dari Banyumas,” tambah Owen antusias.
Baca Juga: Duet Masak Tomohiro dan Mama, Gagal Masak Rendang?
TPST Kedungrandu dan Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu di Banyumas
“Jadi sekarang di Banyumas, sampah-sampah di rumah itu udah enggak diangkut sama pemerintah lagi. Tapi diangkut sama Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM),” cerita Owen. KSM ini nggak hanya mengolah sampah, tetapi juga aktif dalam pengumpulan sampah dan melakukan sosialisasi kepada warga Banyumas.
“Ada sekitar 1500 pekerja dan sekarang, satu TPST bisa mendapatkan penghasilan bersih sampai puluhan juta rupiah,” lanjut Owen.
Di TPST Kedungrandu, sistem pengelolaan sampah terbilang canggih dengan pemisahan antara sampah organik dan anorganik. Di sini, sampah sisa makanan diolah dengan memberikan makanan kepada ulat maggot yang kemudian dijual sebagai pakan hewan ternak. “Selain itu, sampah plastik yang kurang baik kualitasnya akan dikeringkan dan dicacah untuk digunakan sebagai bahan pengganti batu bara atau RDF (Refuse-Derived Fuel),” jelas Owen.
Selain TPST Kedungrandu, Banyumas juga memiliki 23 tempat pengolahan sampah lainnya yang tersebar di berbagai wilayah, lho. Metode pengolahan nggak hanya melalui TPST dan KSM, tetapi juga dengan menggunakan mesin pirolisis untuk mengolah sisa sampah yang nggak dapat diolah.
Selain itu, ada juga Tempat Pemrosesan Akhir Berbasis Lingkungan dan Edukasi (TPA BLE) yang berfungsi sebagai solusi akhir bagi sisa sampah yang nggak dapat diolah lebih lanjut.
Baca Juga: Selamat Datang, Na Jena! Daehoon dan Julia Sambut Kelahiran Anak Ketiga
Aplikasi Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat di Banyumas
“Salah satu hal yang membuat pengelolaan sampah di Banyumas begitu berhasil adalah kesadaran lingkungan yang tinggi di kalangan warganya,” ujar Owen. Menurutnya, ini juga menjadi bukti nyata dari keberhasilan program SUMPAH BERUANG yang diterapkan di sana.
Owen menjelaskan kalau warga Banyumas aktif dalam menjual sampah organik dan plastik melalui aplikasi SALINMAS dan JEKNYONG. Melalui aplikasi ini, mereka bisa dengan mudah mengumpulkan sampah dan menjualnya kepada Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang bertanggung jawab dalam pengelolaan sampah di daerah tersebut.
“Harga jual sampah plastik biasanya sekitar 6 ribu rupiah per kilogram, sedangkan untuk sisa makanan atau sampah organik, harganya sekitar 400 rupiah per kilogram,” jelas Owen.
Menurut Owen, model pengelolaan sampah yang melibatkan partisipasi aktif warga ini patut dicontoh. Dengan demikian, nggak hanya mengurangi masalah sampah, tetapi juga menciptakan kesadaran lingkungan yang lebih baik di masyarakat Banyumas.
Baca Juga: Potret Hitomi Memakai Kimono, Tampil Anggun dan Elegan!
Wah, menarik banget ya topik yang dibawa Owen kali ini tentang TPST Banyumas! Dari ceritanya, kita bisa melihat betapa pentingnya peran inovasi dan partisipasi aktif masyarakat dalam mengelola sampah.
Semoga keberhasilan yang dicapai oleh Banyumas dapat menginspirasi daerah lain untuk melakukan langkah serupa dalam menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan berkelanjutan, ya!
Media Sosial Jerhemy Owen
Yuk, ikuti keseruan Owen lainnya dalam membahas topik lingkungan dengan mengikuti media sosialnya di bawah ini!