Acara “Clash of Champions” ramai dibicarakan di mana-mana. Ternyata, dua tahun lalu, sebelum mengikuti “Clash of Champions”, Xaviera pernah diundang Jang Hansol buat ngobrol bareng di kanal YouTube Korea Reomit, lho. Mereka nggak hanya mengupas budaya Korea dengan dalam, tapi juga menyinggung ambisi pendidikan di sana. Yuk, kita simak lebih dekat obrolan mereka!
Halo, TeMantappu!
Belakangan ini, acara “Clash of Champions” ramai dibahas di media sosial karena kehebatan pesertanya dalam memecahkan berbagai soal hitung cepat, menghafal, dan logika. Salah satu pesertanya, Xaviera Putri, seorang mahasiswi double degrees yang mengambil studi Computer Science dan Business Technology Management di KAIST (Korean Advanced Institute of Science and Technology), ternyata dua tahun lalu pernah ngobrol bareng Hansol di kanal YouTube Korea Reomit, lho.
Mereka ngobrol tentang realitas pendidikan di Korea dan pengalaman unik Xaviera sebagai seorang Muslim di sana. Hansol sendiri pernah tinggal di Indonesia dan Korea, jadi dia paham banget betapa besar culture shock yang bisa dialami di kedua negara ini.
Yuk, kita simak lebih dalam cerita mereka!
Table of Contents
Budaya Belajar dan Realitas Pendidikan di Korea
Di awal video, Hansol lebih dulu menjelaskan tentang KAIST, katanya, “Mungkin banyak yang kurang familiar sama KAIST. Jadi, memang SKY itu terkenal, Seoul, Korea, dan Yonsei. Cuma KAIST ini juga salah satu yang ngetop banget. Hanya saja lokasinya di Daejeon–tempat orang tuaku tinggal–jadi namanya nggak begitu diingat. Tapi, KAIST ini juga salah satu universitas yang bagus banget,” ungkap Hansol.
“Nggak ada orang Korea yang nggak tahu KAIST. Mungkin ini kayak UGM gitu, ya, ada di luar, nggak di Jakarta,” tambahnya.
Ia juga memperkenalkan Xaviera, yang ternyata mendapat beasiswa untuk belajar di SMA di Korea sejak usia 15 tahun, lho.
Mereka kemudian ngobrolin pengalaman pertama Xaviera ke Korea, yang diizinkan orang tuanya meskipun saat itu masih remaja. Ternyata, dulu orang tua Xaviera juga sama-sama berkuliah di luar negeri.
Berbeda dengan Hansol, meskipun ia telah tinggal 16 tahun di Malang, Hansol mampu berbahasa Korea dengan lancar sekembalinya ke sana. Sedangkan Xaviera, saat pertama kali ke Korea, ia belum menguasai bahasa Korea sama sekali, lho. Jauh berbeda dengan sekarang, aksen Xaviera saja bahkan sudah mirip dengan orang Korea asli, ya, hihi.
Nah, kalau ngomongin tentang Korea, pertanyaan yang sering kali muncul adalah ada nggak, sih, bully atau kekerasan di sekolah kayak di drama Korea. Apakah Xaviera pernah mengalami itu?
Baca Juga: Pertama Kali Bertemu, Tomohiro Ajak Pandawara Group Makan Sushi Mentah
Terus, apa, sih, bedanya sekolah di Korea dan di Indonesia? Apakah semua orang Korea emang ambis banget? Yuk, simak cerita Xaviera dan Hansol di sini buat melihat hal-hal menarik dari dunia pendidikan di Korea!
Tantangan Hidup sebagai Muslim di Korea
Xaviera cerita pengalamannya melakukan ibadah salat di Korea, khususnya saat jadwal belajarnya super padat. “Biasanya aku salat di kamar pas ada istirahat, sesuai waktu salatnya. Tapi, kadang kala jam salat di Korea beda-beda, bisa jam 8 atau jam 9. Tiap hari juga ada sesi self-study yang wajib diikuti. Jadi kita nggak boleh tinggal di asrama. Biasanya, aku sering ke auditorium atau ruang kecil di gym buat salat,” ceritanya.
Hansol juga nambahin fakta menarik tentang kultur self-study di Korea. “Di sana, self-study (jaseubsil) seharusnya tempat untuk belajar sendiri, tapi terkadang rasanya kayak “dipaksa”. Seharusnya ‘self-study’ itu pilihan sendiri, tapi di Korea nggak selalu begitu,” jelasnya.
Saat ditanya Hansol mengenai tantangan besar selama di Korea, Xaviera menjawab soal penggunaan hijab dan stereotipnya karena nggak semua orang Korea tahu mengenai agama Islam.
“Aku tuh sering buat video soal kasus-kasus serem. Sebetulnya, menurutmu apakah Korea itu aman buat foreigner buat tinggal?” tanya Hansol.
Penasaran dengan pengalaman Xaviera selama tinggal di Korea? Yuk, nonton videonya di sini untuk cerita lengkapnya!
Nah, itu dia kisah seru dari Xaviera Putri, mahasiswi KAIST yang menghadapi kehidupan di Korea sambil sharing pengalamannya sebagai seorang Muslim. Bersama Hansol, mereka nggak cuma bahas pendidikan dan tantangan hidup di Korea, tapi juga bahas culture shock antara Indonesia dan Korea.
Semoga cerita ini bisa jadi inspirasi buat kita semua tentang kekayaan budaya dan kehidupan di Korea, ya!
Media Sosial Jang Hansol
Nantikan terus konten-konten terbaru dari Jang Hansol! Jangan lupa untuk mengikuti media sosialnya di bawah ini biar kamu tidak ketinggalan update setiap kegiatan dan konten terbaru yang dibagikan oleh Jang Hansol.