Get In Touch
Menara Caraka, Lantai 12, Jl. Mega Kuningan Barat, Blok E4 7 No. 1, Kawasan Mega
Kuningan, Jakarta 12950
Work Inquiries
partnership@mantappu.com
(+62) 818 0401 3060

Na Daehoon: Kenapa Korea Selatan Punya Tingkat Kelahiran Paling Rendah?

July 17, 2024

by Fahma Ainurrizka

Na Daehoon, content creator asal Korea sekaligus talent Mantappu Corp. satu ini, lagi ngomongin masalah yang dihadapi Korea Selatan: angka kelahiran yang anjlok. Daehoon cerita kalau ini bisa jadi masalah besar, yang banyak pakar setuju disebabkan biaya pendidikan dan tempat tinggal yang mahal banget di Korea. Sebagai bapak tiga anak yang sekarang tinggal di Indonesia, gimana pendapat Daehoon?

Na Daehoon menjelaskan krisis kelahiran di Korea | Sumber: Instagram/AA Daehoon 대훈 (@aadaehoon) Official

Annyeonghaseyo yeorobun!

Berita tentang krisis kelahiran dan ancaman kepunahan di Korea Selatan marak dibahas di mana-mana. Kali ini, Na Daehoon, seorang content creator asal Korea Selatan yang sekarang tinggal di Indonesia, juga ikut mengungkapkan pendapatnya.

Daehoon mengungkapkan kalau bukan cuma faktor ekonomi yang bikin angka kelahiran di Korea rendah, tapi kultur juga sangat berpengaruh. Di Korea, ada banyak tekanan sosial yang bikin orangtua merasa terbebani.

Bayangin aja, di tempat-tempat umum, anak-anak harus selalu tenang, nggak boleh berisik, apalagi lari-larian. Bahkan ada tempat-tempat yang menerapkan “No Kids Zone” yang melarang anak-anak masuk, seperti kafe, perpustakaan, dan galeri seni. Orangtua yang bawa stroller di transportasi umum juga sering kena kritik. Wah, kebayang ‘kan betapa beratnya jadi orangtua di sana?

Berbeda dengan di Indonesia, yang bisa dibilang sangat mendukung dan mendorong orang untuk punya anak. Di sini, budaya sosial menunjukkan lebih banyak pengertian dan toleransi terhadap anak-anak.

Daehoon menjelaskan perbedaan budaya ini adalah salah satu alasan utama dia memilih untuk tinggal dan membesarkan anak-anaknya di Indonesia.

Yuk, kita simak lebih lanjut penjelasan Daehoon!

Angka Kelahiran di Korea Terus Menurun

Angka kelahiran di Korea Selatan semakin memprihatinkan, mencapai rekor terendah pada tahun 2023. Rata-rata jumlah kelahiran per perempuan turun menjadi 0,72 dari sebelumnya 0,78, menjadikan Korea Selatan salah satu negara dengan tingkat kelahiran terendah di dunia.

Na Daehoon, ngomongin hal ini dengan penuh keprihatinan. Dia bilang, “Dalam 100 tahun, Korea Selatan bisa banget hilang. Alasannya? Angka kelahirannya terlalu rendah. Sekarang, angka kelahiran di Korea Selatan cuma 0,72. Ini belum pernah terjadi di negara mana pun sebelumnya.”

Daehoon melanjutkan, “Pemerintah Korea tuh sudah berusaha keras naikin angka kelahiran. Mereka coba pake insentif, kayak kasih duit banyak banget kalo lahirin anak, sampe 30 atau 50 juta won. Tapi, sampe sekarang, upaya mereka belum berhasil.”

Rendahnya Toleransi terhadap Anak di Korea

Di Korea, menurut Na Daehoon, masalah angka kelahiran yang rendah nggak hanya berkaitan dengan uang. Dia mengungkapkan kalau biaya membesarkan anak memang mahal di Korea, tapi sebetulnya banyak orang Korea masih mampu menghadapinya dengan baik.

Menurut Daehoon, yang lebih mengkhawatirkan adalah rendahnya toleransi terhadap keberadaan anak-anak di Korea. Dia membandingkannya dengan budaya di Indonesia yang sering mengatakan “Namanya juga anak kecil,” cenderung kerap mewajarkan perilaku dan keberadaan anak-anak.

“Di Korea, kita sering kali nggak melihat dukungan seperti itu,” katanya. “Toleransi terhadap anak-anak di sini sangat rendah. Ini membuat orangtua merasa kesulitan membawa anak-anak mereka ke tempat umum tanpa dianggap merepotkan atau mendapat komentar negatif.”

“Di sini, meski ada tantangan juga soal uang dan sekolah, tapi dukungan sosial buat keluarga lebih kerasa. Mungkin itu yang bikin orang lebih berani mikir buat punya anak lagi,” ujarnya.

Zona Bebas Anak Meluas di Korea

Na Daehoon menyoroti fenomena “No Kids Zone” yang semakin luas di Korea. Seperti namanya, zona ini mengacu pada tempat-tempat seperti kafe, perpustakaan, dan galeri seni yang melarang anak-anak untuk masuk.

“Di Korea, kalau anak nangis di tempat umum, semuanya langsung ngelihatin (memperhatikan),” ungkapnya. 

“Anak yang berisik dianggap kurang sopan. Bahkan sampai ada zona khusus untuk anak-anak. Orangtua merasa terbebani dengan beratnya tanggung jawab. Mereka harus mengurus anak dengan aturan ketat: anak harus tenang, nggak boleh lari-lari, dan nggak boleh berisik.”

Daehoon menjelaskan kalau salah satu alasan dia memilih untuk tinggal dan membesarkan anak di Indonesia adalah karena hal tersebut. “Di sini (Indonesia), ada lebih banyak pengertian terhadap keberadaan anak-anak dalam ruang publik,” katanya.


Wah, ternyata selain faktor ekonomi, kultur juga punya pengaruh besar terhadap turunnya angka kelahiran di Korea Selatan. Di sana, anak-anak diharapkan untuk selalu tenang, nggak boleh berisik, terutama di tempat-tempat umum.

Berbeda dengan di Indonesia, yang bisa dibilang sangat mendukung dan mendorong orang untuk memiliki anak. Gimana menurutmu, TeMantappu, kira-kira apakah ada alasan lainnya selain itu, ya?

Media Sosial Na Daehoon

Mau tahu lebih banyak tentang fun fact, masakan, bahasa, trivia, fashion, sampai kultur di Korea Selatan? Ikuti media sosial Na Daehoon di bawah ini:

Recent Posts

Gabriella-Keisha-Beauty-Influencer-dan-Talent-Baru-Mantappu-Corp

Gabriella Keisha, Beauty Influencer dan Talent Baru Mantappu Corp.

Keisha resmi menjadi talent baru di Mantappu Corp. Ia dikenal dengan konten-konten seputar beauty and makeup yang seru dan relatable. Dari makeup tutorial dan review, skincare, tips styling rambut ala K-pop idol sampai transition video makeup kece. Plus, ia juga suka banget bereksperimen dengan Douyin makeup style yang tren di kalangan beauty enthusiasts. Penasaran lebih lanjut tentang Keisha dan serunya konten-konten yang ia buat? Yuk, simak lebih jauh!

Terbesar di ASEAN! Pengalaman Jerhemy Owen Kunjungi PLTS Terapung Cirata

Terbesar di ASEAN! Pengalaman Jerhemy Owen Kunjungi PLTS Terapung Cirata

Kali ini, Owen kembali dengan petualangannya menjajaki teknologi hijau di Indonesia—PLTS Terapung Cirata, pembangkit listrik tenaga surya terapung terbesar di Asia Tenggara dan ketiga terbesar di dunia! Terletak di Waduk Cirata, yang membentang di antara Purwakarta, Cianjur, dan Bandung Barat, PLTS Terapung Cirata bukan hanya soal teknologi mutakhir, tetapi juga soal komitmen Indonesia untuk menjadi negara yang lebih ramah lingkungan. Yuk, simak perjalanan Owen menjelajahi kompleks green energy ini!