Kali ini, kita bakal menilik pengalaman Jerhemy Owen yang baru saja menyambangi pabrik daur ulang di Jawa Barat. Nggak main-main, Owen langsung terjun ke lokasi buat ngeliat proses recycling sampah dari dekat. Mau tahu seperti apa, sih, prosesnya? Dan apa aja yang ditemuin Owen di sana? Yuk, kita ikuti perjalanan Owen dan lihat sendiri gimana sampah diolah! Let’s dive in!
Hai, TeMantappu!
Pernahkah kamu bertanya-tanya apa, sih, yang terjadi pada sampah plastik setelah kita membuangnya? Nah, kali ini Owen membagikan pengalaman menariknya saat mengunjungi pabrik daur ulang botol plastik di Jawa Barat. Kita bakal melihat dari dekat gimana proses daur ulang dilakukan, mulai dari pengumpulan sampah hingga menjadi produk baru yang siap digunakan lagi.
Di pabrik ini, Owen menemukan banyak hal menarik dan inspiratif. Mulai dari teknologi mutakhir yang digunakan untuk mengolah plastik bekas, hingga komitmen perusahaan terhadap kesejahteraan pekerjanya.
Yuk, simak cerita Owen dan cari tahu bareng gimana pabrik ini berkontribusi dalam menjaga lingkungan serta memastikan setiap langkah daur ulang dilakukan dengan tanggung jawab!
Table of Contents
Mengenal Pabrik Daur Ulang Botol Plastik Pertama di Indonesia Bareng Owen
Kali ini, Owen berkunjung ke pabrik daur ulang botol plastik di Jawa Barat. Nggak main-main, pabrik ini adalah yang pertama di Indonesia yang sudah dapat sertifikasi SNI (Standar Nasional Indonesia), lho.
Owen sempat bilang, “Ada yang bikin pabrik ratusan milyar buat daur ulang sampah botol plastik yang menumpuk di Indonesia. Ini diubah jadi botol baru lagi.”
Saat Owen menunjukkan kondisi pabrik, dia kelihatan excited. “Lihat deh, guys, pabrik ini gede banget!” ujarnya. Pabrik ini emang luas banget dan dilengkapi dengan teknologi untuk daur ulang botol plastik bekas.
Tahukah kamu? Pada tahun 2017, sekitar 150 ton sampah botol plastik setiap hari masuk ke TPA Bantargebang. Itu baru satu tempat pembuangan akhir, lho! Dengan angka segitu besar, masalah sampah plastik jadi semakin serius.
Nah, di pabrik ini, semua sampah botol plastik itu dikumpulkan dan diolah menjadi produk baru yang siap diekspor ke luar negeri. Nama pabriknya adalah Amandina Bumi Nusantara.
Kunjungan Owen ke pabrik ini membuka mata kita tentang pentingnya daur ulang dan gimana teknologi bisa membantu mengatasi masalah sampah plastik.
Mengintip Proses Daur Ulang Botol Plastik: Dari Sampah ke Produk Baru
Owen langsung mengajak kita melihat langsung proses pengelolaan sampah, terutama botol plastik, di perusahaan daur ulang.
Jadi, setiap kali kita membuang sampah, semuanya bakal terkumpul di tempat pembuangan akhir (TPA), yang seringkali disebut sebagai “gunung sampah.” Salah satunya adalah di TPA Burangkeng yang ada di Bantargebang.
Nah, di sini, “recycling heroes” punya peran penting. Mereka mengumpulkan botol plastik dari tumpukan sampah dan membawanya ke Mahija Collection Center.
Di Mahija Collection Center, proses daur ulang dimulai. Pertama, botol plastik yang telah dikumpulkan akan disortir—dari jenis, warna, sampai label yang masih menempel. Setelah itu, label-label tersebut dilepas, dan botol-botolnya dipilah berdasarkan warna. Kemudian, botol-botol ini ditekan menggunakan mesin khusus untuk memadatkan plastik sebelum diangkut ke pabrik Amandina Bumi Nusantara di Cikarang.
Di pabrik Amandina Bumi Nusantara, prosesnya masih berlanjut. Pertama-tama, botol-botol plastik tersebut dipilah sekali lagi untuk memastikan hanya plastik yang berkualitas yang digunakan. Selanjutnya, plastik ini digiling hingga menjadi serpihan kecil. Setelah digiling, serpihan plastik tersebut dicuci hingga bersih untuk menghilangkan kotoran yang mungkin masih ada.
Setelah proses pencucian, serpihan plastik dilelehkan dan dicetak menjadi biji plastik. Biji plastik inilah yang nantinya disterilkan dan digunakan untuk membuat botol plastik baru. Proses ini memastikan kalau botol plastik bekas yang kita buang bisa diubah menjadi produk yang siap digunakan lagi.
Baca Juga: 5 K-drama Terbaik Tahun Ini versi Alex Simanjuntak
Kesejahteraan dan Keamanan Pekerja di Pabrik Daur Ulang
Salah satu hal yang bikin Owen paling terkesan adalah komitmen perusahaan terhadap kesejahteraan para pekerjanya dan penerapan standar kerja yang tinggi.
“Yang bikin gue salut banget adalah semua pekerja di sini diwajibkan pakai alat pelindung diri (APD) lengkap,” kata Owen. “Mereka nggak cuma pakai masker, tapi juga sarung tangan dan pelindung wajah untuk memastikan keselamatan mereka saat bekerja dengan material daur ulang.”
Selain itu, Owen juga mengungkapkan kekagumannya terhadap perhatian perusahaan terhadap para “recycling heroes” di Mahija Collection Center, lho. “Di sini, para ‘recycling heroes’ nggak hanya bekerja, tapi juga mendapatkan check-up kesehatan gratis secara rutin. Perusahaan benar-benar memperhatikan kesejahteraan mereka,” jelas Owen. “Dan mereka juga buka puasa bersama sebagai bagian dari komitmen sosial mereka. Ini keren banget, kan?”
Yang lebih menarik lagi, Owen menyoroti gimana perusahaan ini memastikan pekerja yang terlibat sudah memenuhi syarat usia dan kesehatan. “Mereka menerapkan aturan ketat untuk memastikan bahwa hanya pekerja yang sudah cukup umur dan siap bekerja di lingkungan ini yang diperbolehkan. Ini adalah bagian dari social compliance audit yang mereka jalankan, dan itu sangat penting untuk memastikan semua berjalan sesuai standar,” tambah Owen.
Baca Juga: Gaya Bold Serba Hitam ala Hitomi, Unik dan Anti Mainstream!
Wah, ternyata keren ya upaya perusahaan di Indonesia dalam melakukan daur ulang ini! Kita diajak mengintip prosesnya dari awal hingga akhir, dan ternyata banyak hal menarik yang bisa kita pelajari. Mulai dari gimana botol plastik bekas diolah menjadi produk baru, hingga perhatian perusahaan terhadap kesejahteraan dan keamanan para pekerjanya.
Semoga cerita ini bisa menginspirasi kita semua untuk lebih peduli terhadap lingkungan dan mendukung inisiatif-inisiatif yang bermanfaat, ya, TeMantappu!
Media Sosial Jerhemy Owen
Mau mendapat informasi terkini tentang acara-acara terkait Indonesia di Belanda? Ikuti perkembangan terbaru melalui media sosial Owen di bawah ini, ya: