Get In Touch
Menara Caraka, Lantai 12, Jl. Mega Kuningan Barat, Blok E4 7 No. 1, Kawasan Mega
Kuningan, Jakarta 12950
Work Inquiries
partnership@mantappu.com
(+62) 818 0401 3060

Japanese Dating Culture: Realita di Balik Romansa Manga Jepang

August 28, 2024

by Fahma Ainurrizka

Kamu sering nonton drama atau baca manga Jepang? Kamu pernah nggak bertanya-tanya: “Gimana, sih, sebenarnya gaya pacaran orang Jepang di dunia nyata?” Nah, kali ini kita bakal kupas tuntas soal Japanese Dating Culture bareng Erika Ebisawa. Erika bakal ngasih kamu insight tentang bagaimana gaya pacaran di Jepang yang mungkin jauh berbeda dari yang sering kita lihat di layar kaca. Penasaran ‘kan? Yuk, langsung saja kita bahas!

Gaya Pacaran di Jepang: Realita vs. Ekspektasi dari Manga dan Dorama | Sumber: YouTube/@Erikacang

Halo, TeMantappu!

Kali ini, kita bakal bahas bareng Erika Ebisawa tentang sesuatu yang barangkali banyak bikin penasaran: Japanese Dating Culture. Pasti banyak dari kalian yang suka nonton drama Jepang atau anime dan bertanya-tanya, “Bener nggak, sih, cerita cinta di manga atau dorama Jepang itu?” Nah, Erika punya jawaban buat kalian!

“Orang Indo kan banyak yang ngefans berat sama drama dan anime Jepang. Tapi, kadang mereka terlalu terbuai sama kisah cinta yang manis dan romantis di layar kaca,” kata Erika.  “Makanya, aku pengin sharing gimana, sih, realita pacaran sama orang Jepang,” lanjutnya. 

Erika bakal ngasih insight menarik tentang bagaimana gaya pacaran di Jepang berbeda dari yang sering kita lihat di film atau serial. Dari cara mereka memulai hubungan sampai kebiasaan unik saat nge-date, semuanya bakal kita kupas tuntas. So, buat kamu yang penasaran, yuk kita simak cerita lengkapnya!

1. Cewek yang Nembak Duluan

Gaya Pacaran di Jepang: Realita vs. Ekspektasi dari Manga dan Dorama | Sumber: YouTube/@Erikacang

Pernah nggak, sih, nonton drama atau baca komik Jepang, terus lihat adegan cewek yang nembak cowok duluan? Biasanya, adegannya kayak gini: si cowok dipanggil ke halaman belakang sekolah pas jam pulang, terus ceweknya bilang, “Senpai! Mau nggak jadi pacarku?” Momen ini memang bikin hati meleleh, tapi gimana, sih, realitanya di Jepang?

Erika sering banget ditanya, “Di Jepang, tuh, beneran cewek yang nembak duluan, ya?” Nah, kenyataannya, hal ini nggak umum terjadi, tapi bukannya nggak mungkin sama sekali. Ini tergantung banget sama kepribadian orangnya. 

Tapi, kalau sampai ada cewek yang nembak duluan, biasanya bakal jadi bahan gosip satu sekolah! Dan untuk yang adegan “Mau nggak pacaran sama aku?” yang sering kita lihat di manga, itu jarang banget terjadi di dunia nyata.

2. Adegan “Kabedon” dan “Ago Kui”

Gaya Pacaran di Jepang: Realita vs. Ekspektasi dari Manga dan Dorama | Sumber: YouTube/@Erikacang

Adegan “kabedon”—di mana cowok menempelkan tangannya ke dinding di samping cewek buat menciptakan momen romantis—dan “ago kui”—di mana cowok mengangkat dagu cewek dengan jari—adalah contoh lain dari hal-hal yang terlihat manis di anime atau manga. Tapi, di kehidupan nyata, Erika bilang itu bisa terasa agak “cringe” alias geli!

Erika juga cerita kalau semasa SMA dulu, ada tren cowok tipe “oresama”, yaitu cowok yang selalu merasa dirinya paling hebat dan suka mengatur ceweknya. Meskipun tipe ini sering muncul di shojo manga, kenyataannya banyak cewek Jepang yang nggak suka sama cowok narsis kayak gini. Mereka lebih suka cowok yang rendah hati dan nggak terlalu mendominasi.

3. Kado Valentine

Gaya Pacaran di Jepang: Realita vs. Ekspektasi dari Manga dan Dorama | Sumber: YouTube/@Erikacang

Kalau di Jepang, Valentine identik dengan cewek yang ngasih coklat ke cowok, bukan sebaliknya. Tradisi ini sering digambarkan di manga dan dorama, di mana cewek-cewek menyelipkan coklat atau surat cinta di loker sepatu atau loker meja cowok. 

Erika sendiri pernah ngalamin hal ini waktu sekolah di Sekolah Republik Indonesia Tokyo (SRIT). Waktu itu, pas Valentine, dia nemuin coklat di loker mejanya saat kelas 2 SMP.

Tapi, tradisi Valentine di Jepang memang beda banget sama di Indonesia atau negara lain. Di luar Jepang, cowoklah yang biasanya ngasih coklat atau bunga ke cewek, sementara di Jepang, cewek lebih aktif memberikan coklat sebagai ungkapan perasaan mereka.

4. Murid Pindahan

Gaya Pacaran di Jepang: Realita vs. Ekspektasi dari Manga dan Dorama | Sumber: YouTube/@Erikacang

Kamu pasti sering melihat adegan murid pindahan di shojo manga, kan? Biasanya, murid baru ini tiba-tiba pindah ke sekolah baru dan langsung terlibat dalam cerita cinta yang dramatis. 

Tapi, Erika bilang, hal ini jarang terjadi di dunia nyata, terutama di SMA. Soalnya, siswa SMA di Jepang lebih sibuk mempersiapkan ujian masuk perguruan tinggi, jadi kemungkinan untuk pindah sekolah sangat kecil.

Kalau di SD atau SMP mungkin masih ada murid pindahan, tapi biasanya nggak seheboh yang sering kita lihat di komik. Di dunia nyata, murid pindahan biasanya nggak langsung jadi pusat perhatian seperti di manga, apalagi kalau udah di tingkat SMA.

5. Anak SMA Pacaran Berseragam Sekolah

Gaya Pacaran di Jepang: Realita vs. Ekspektasi dari Manga dan Dorama | Sumber: YouTube/@Erikacang

Kalau lihat di dorama atau manga, anak SMA yang pacaran dengan seragam sekolahnya terlihat sangat manis. Tapi, kenyataannya, nggak banyak anak SMA di Jepang yang pacaran serius selama masa sekolah. 

Erika cerita, kebanyakan teman-teman seangkatannya di SMA lebih fokus ke ujian masuk universitas dan ekskul, jadi pacaran bukan prioritas. Bahkan, kalaupun ada yang pacaran, banyak yang putus saat menjelang ujian karena tekanan belajar yang tinggi.

Lebih umum kalau percintaan di Jepang berkembang saat masa kuliah, di mana mereka sudah lebih bebas dan nggak terlalu tertekan dengan tuntutan akademis. Jadi, masa-masa SMA seringkali bukan saat yang ideal untuk pacaran serius.

6. Orang Jepang Lebih Cuek

Gaya Pacaran di Jepang: Realita vs. Ekspektasi dari Manga dan Dorama | Sumber: YouTube/@Erikacang

Kalau orang Indonesia sering nanya, “Lagi di mana? Sama siapa?” ke pacarnya, beda banget sama orang Jepang yang lebih cuek. Kalau pacar kamu orang Jepang, jangan kaget kalau dia nggak sering ngechat. Di Jepang, komunikasi antar pasangan lebih minimalis, misalnya cuma chat di LINE pagi, siang, dan malam, masing-masing sekali aja.

Erika bilang, kalau di Indonesia, pasangan yang jarang komunikasi kayak gini mungkin bisa bikin hubungan jadi renggang, tapi di Jepang, itu hal yang normal. Orang Jepang lebih menghargai privasi dan nggak suka merasa dikekang. 

Kalau pasangan orang Jepangmu lebih suka telepon daripada chat, itu juga hal yang biasa. Mereka cenderung lebih nyaman ngobrol langsung daripada lewat teks, terutama kalau udah sibuk bekerja.

“Tapi balik lagi, ini semua tergantung orangnya,” tutup Erika. “Aku bukan mau bilang kalau semua orang Jepang pasti kayak gini, atau orang Indonesia pasti kayak gitu. Setiap orang punya cara sendiri dalam menjalani hubungan. Tapi, jangan terlalu berharap kisah cinta di dorama Jepang bakal terjadi di dunia nyata, karena itu sangat jarang terjadi.”

***

Jadi, itulah sedikit gambaran tentang gaya pacaran di Jepang yang mungkin berbeda dari apa yang sering kita lihat di manga atau dorama. Seperti yang Erika bilang, realita seringkali nggak seindah kisah cinta di layar kaca. Tapi justru di situlah menariknya, karena setiap budaya punya cara unik dalam menjalani hubungan. 

Jangan lupa, apa yang cocok di satu budaya belum tentu cocok di budaya lain, jadi tetap terbuka dan saling memahami adalah kunci dalam setiap hubungan. Semoga artikel ini bisa memberikan insight baru buat kamu yang penasaran dengan Japanese Dating Culture. Sampai jumpa di artikel selanjutnya, TeMantappu!

Media Sosial Erika Ebisawa

Jangan lupa follow media sosial Erika Ebisawa untuk update seru setiap harinya! Nantikan juga kolaborasi menarik dan kegiatan seru Erika di Jepang!

Tonton di sini!

Recent Posts

Jang Hansol Umumkan Kelahiran Anak Pertama, Jang Ruel!

Jang Hansol Umumkan Kelahiran Anak Pertama, Jang Ruel!

Jang Hansol, kreator di balik Korea Reomit, kini resmi menjadi ayah setelah kelahiran putra pertamanya, Jang Ruel. Lahir pada 23 November 2024, Ruel membawa kebahagiaan besar bagi Hansol dan istrinya, Jeanette. Dalam akun YouTube miliknya, Hansol mengungkap arti nama Ruel, yang bermakna “teman Tuhan,” serta pengalaman pertamanya merawat sang bayi. Ia juga berbagi rencana akan mengajarkan berbagai bahasa kepada Ruel, termasuk Korea, Inggris, dan Indonesia. Intip cerita selengkapnya tentang Jang Ruel di sini!

Bedah Personal Statement ala Nadhira Afifa: Rahasia Diterima di Harvard

Tips Bikin Personal Statement ala Nadhira Afifa: Rahasia Diterima di Harvard

Personal statement adalah salah satu kunci sukses dalam aplikasi S2, dan Nadhira Afifa, lulusan cumlaude Fakultas Kedokteran UI dan Harvard T.H. Chan School of Public Health, punya tips jitu buat kamu yang ingin diterima di kampus impian. Dari cara menyusun paragraf pertama yang menarik, hingga mengungkapkan alasan dan rencana masa depan, Nadhira menjelaskan semua langkah dengan cara yang mudah dipahami. Simak panduannya dan buat personal statement-mu lebih menonjol!

Pengalaman Yusuke Menonton Kembang Api dan Kulineran di Macau!

Yusuke di Macau: Nonton Kembang Api dan Kulineran!

Setelah menghabiskan waktu di Indonesia, hidup ala anak kos dengan menikmati lauk-pauk dan makanan warteg, Yusuke tiba-tiba berubah jadi traveller dan melanjutkan perjalanan ke Macau! Di sana, ia mencoba berbagai pengalaman unik, mulai dari menonton kembang api hingga menikmati serunya wisata air. Simak cerita seru Yusuke saat menjelajahi kuliner lokal, mencoba makanan Jepang, dan berbagi momen menarik lainnya selama di Macau. Simak di sini!