Kamu pasti sering dengar tentang kontroversi yang melibatkan artis Korea Selatan yang tiba-tiba bikin heboh. Tapi, apa, sih, sebenarnya yang membuat cancel culture di Korea begitu mempengaruhi mereka? Kali ini, bareng Jang Hansol kita bakal mengungkap seluk-beluk cancel culture di Negeri Ginseng ini. Yuk, simak!
Halo, TeMantappu!
Pernah nggak, sih, kamu penasaran kenapa sering banget kita lihat artis atau public figure Korea Selatan tiba-tiba jadi sorotan negatif di media? Nah, kali ini kita bakal membahas fenomena yang dikenal dengan sebutan cancel culture di Korea. Bareng Jang Hansol, kita bakal mengupas tuntas gimana, sih, sebenarnya cancel culture ini mempengaruhi kehidupan para selebriti di Korea.
“Cancel culture di Korea itu keras banget,” kata Hansol. “Kalau ada yang bikin kesalahan, sekecil apapun, publik bisa langsung menyerang dan mempengaruhi karier mereka dengan cepat.”
Yuk, kita simak selengkapnya!
Baca Juga: Rekomendasi “Detektif Reomit” yang Bahas Kriminalitas Remaja di Korea
Table of Contents
Apa Itu Cancel Culture?
“Jadi gini, Bolo-bolo, kalau kalian sering melihat keramaian di Korea, khususnya yang melibatkan artis, biasanya itu karena mereka melakukan sesuatu yang dianggap salah. Cancel culture di Korea itu keras banget. Korea ini, bisa dibilang, punya budaya sosial yang selalu siap buat menyalahkan orang lain ketika mereka melakukan sesuatu yang nggak etis, sekecil apa pun itu. Mau kamu sekaya, seganteng, atau secantik apapun, kalau udah ketahuan melakukan sesuatu yang dianggap salah, siap-siap aja buat diserang habis-habisan,” jelas Hansol.
Hansol juga menambahkan, “Di Korea, masyarakat sangat sensitif terhadap isu-isu etika. Makanya, setiap kali ada skandal yang melibatkan selebriti atau figur publik, pasti bakal digali terus. Orang-orang nggak peduli seberapa besar pencapaian kamu, kalau udah salah, bakal disorot habis. Ini yang sering jadi sumber keramaian yang kalian lihat.”
Cancel culture ini nggak cuma tentang menghukum orang karena kesalahan yang mereka buat, tapi juga tentang bagaimana masyarakat Korea menuntut standar moral yang tinggi, terutama dari public figure.
Contohnya, kasus-kasus yang melibatkan artis K-Pop yang terlibat dalam kontroversi bisa langsung berdampak ke karier mereka, bahkan sampai karier mereka tamat dalam sekejap.
Alasan Cancel Culture di Korea Selatan
Cancel culture di Korea Selatan memang bisa dibilang salah satu yang paling keras di dunia. Di sini, masyarakat sangat memperhatikan perilaku, terutama dari para public figure. Sekecil apapun kesalahan yang mereka lakukan, bisa jadi bumerang besar yang menghancurkan karier mereka dalam sekejap.
Hansol menjelaskan, “Di Korea, standar moral itu tinggi banget, apalagi buat artis atau public figure. Jadi, begitu ada yang bikin salah, sekecil apapun, mereka langsung kena serang dari berbagai arah. Nggak cuma dari netizen, tapi juga dari media dan perusahaan yang mendukung mereka.”
Ada alasan umum kenapa seseorang bisa terkena cancel culture di Korea antara lain:
1. Skandal Bullying
Dugaan perundungan (bullying) yang dilakukan oleh artis saat mereka masih sekolah sering kali menjadi bom waktu yang bisa meledak kapan saja. Begitu kabar ini mencuat, meskipun kejadian sudah lama, publik Korea nggak segan-segan buat mengecam.
2. Komentar atau Perilaku nggak Pantas
Perkataan atau perilaku yang dianggap nggak sopan atau nggak sesuai dengan norma masyarakat, bahkan jika terjadi di masa lalu, bisa memicu reaksi keras. Misalnya, penggunaan bahasa kasar, tindakan yang dianggap merendahkan orang lain, atau bahkan bercanda yang nggak pada tempatnya.
3. Keterlibatan dalam Kasus Hukum
Artis yang terlibat dalam kasus hukum, baik itu terkait narkoba, DUI (driving under influence), atau tindakan kriminal lainnya, hampir pasti akan langsung menghadapi serangan dari masyarakat. Banyak yang akhirnya harus mundur dari dunia hiburan untuk waktu yang lama.
Baca Juga: Segmen Baru Korea Reomit: Rekomendasi Drama Korea Favorit Hansol
4. Masalah dengan Rekan Kerja
Konflik internal dalam grup idol atau dengan rekan kerja lainnya yang bocor ke publik juga bisa jadi alasan seseorang terkena cancel culture. Publik Korea sangat memperhatikan keharmonisan dan kerja tim, jadi begitu ada gesekan, reaksi bisa sangat negatif.
5. Tuduhan Penghinaan atau Diskriminasi
Isu yang sangat sensitif di Korea, seperti rasisme, seksisme, atau homofobia, jika muncul dalam perilaku atau ucapan seorang artis, bisa langsung memicu gelombang protes besar. Netizen Korea cukup vokal terhadap isu-isu ini dan sering kali mengorganisir boikot massal.
Cancel culture di Korea ini mencerminkan betapa pentingnya menjaga citra dan perilaku, terutama jika kamu berada di bawah sorotan publik. Jadi, nggak heran kalau banyak selebriti Korea sangat hati-hati dalam bersikap karena sedikit saja kesalahan bisa membawa dampak besar.
Baca Juga: Berapa Biaya Belanja Mingguan di Supermarket Korea?
Cancel culture di Korea Selatan merupakan fenomena sosial yang kuat dan mempengaruhi banyak aspek kehidupan public figure di sana. Seperti yang dijelaskan Hansol, di Korea, ekspektasi moral yang tinggi dan perhatian yang besar dari publik dapat mengubah karier seseorang dalam sekejap. Baik itu terkait skandal masa lalu, komentar nggak pantas, atau kasus hukum, setiap kesalahan bisa menjadi sorotan utama yang membawa dampak signifikan.
Semoga artikel ini memberi kamu pandangan yang lebih dalam tentang bagaimana masyarakat Korea menangani kesalahan dan mengatur standar moral mereka. Sampai jumpa di artikel selanjutnya, ya, TeMantappu!
Media Sosial Jang Hansol
Nantikan konten terbaru dan insight menarik dari Jang Hansol dengan mengikuti media sosialnya di bawah ini! Dapatkan update langsung mengenai pandangan, analisis, dan berita terbaru seputar budaya dan tren dari Korea Selatan. Jangan lewatkan, ya!