Pada Sabtu (10/2) lalu, Jerhemy Owen menjadi salah satu pembicara dalam Talkshow Nasional yang diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Udayana dalam Ajang Kreativitas Akbar (AKA) 2024. Dalam kesempatan tersebut, Owen berbagi pengetahuannya seputar teknologi pengelolaan sampah di Belanda serta sejumlah upaya pengurangan sampah yang dapat diadopsi di Indonesia. Yuk, kita simak keseruannya!
Halo, TeMantappu! Pada Sabtu (10/02) lalu, Jerhemy Owen menghadiri Talkshow Nasional Ajang Kreativitas Akbar (AKA) 2024 yang diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana. Dalam diskusi bertajuk “Promote Our Environment’s Health with Youth in Action” ini, Owen bersama dengan dua pembicara lainnya, yaitu Ronaldo Damar dari Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana dan Amelia Dwi Andini dari Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) Bali, secara aktif berbagi gagasan tentang isu lingkungan.
Ketiganya mengulas berbagai topik, termasuk pula pentingnya partisipasi masyarakat dalam seluruh rangkaian kegiatan pengelolaan sampah, dari perencanaan hingga evaluasi program serta dorongan penerapan kebijakan holistik yang melibatkan berbagai stakeholders terkait.
Diskusi yang diikuti lebih dari 300 peserta ini juga mengulik sejumlah inovasi infrastruktur pengurangan sampah dari luar negeri, khususnya di Belanda, yang barangkali dapat diterapkan di Indonesia. Yuk, kita simak hasil diskusinya sampai tuntas!
Table of Contents
Pengelolaan dan Penanganan Sampah
Owen dengan tegas menyebutkan kalau hal terpenting yang harus dilakukan di Indonesia adalah “Pengelolaan sampah di setiap kota,” ujarnya. Owen mendapati masih kurangnya jumlah tempat pembuangan sampah di Indonesia–sebagian besar TPA pun masih mengalami penumpukan sampah. Ia juga mengingatkan tentang kasus penutupan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan, Bantul, Yogyakarta sejak 23 Juli 2023, karena kapasitas penampungan sampah di lahan TPA Piyungan yang telah melampaui batas.
Melihat kondisi tersebut, Owen menanggapi langkah yang diperlukan untuk mengurangi volume sampah adalah melalui penggunaan sistem pembakaran sampah incinerator. Incinerator merupakan alat daur ulang sampah yang bekerja dengan cara membakar sampah pada suhu yang sangat tinggi. Alat ini efektif dalam mengelola sampah jumlah besar dan mampu mengolah berbagai jenis limbah padat, seperti plastik, limbah B3, dan sampah residu.
Owen juga menekankan pentingnya memperhatikan dampak lingkungan yang dihasilkan dari proses pembakaran sampah ini. Penggunaan incinerator yang tertutup sangat penting untuk memastikan emisi gas beracun dan partikulat dari pembakaran diolah secara efisien dan nggak mencemari udara. Filtrasi yang efektif diperlukan untuk menjaga kualitas udara sekitar. Pembakaran sampah juga nantinya dapat dijadikan sumber energi alternatif. Owen turut melengkapinya dengan informasi kalau ada Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) dengan mesin incinerator yang sudah berjalan di Bantargebang, Bekasi, Jawa Barat.
Belajar Pengelolaan Sampah dari Belanda
Selain menyebutkan incinerator, Owen juga memperkenalkan sistem RDF (Refuse Derived Fuel) yang sering disebut sebagai “keripik sampah”. Dalam proses RDF, sampah anorganik dikeringkan untuk mengurangi kadar airnya menjadi di bawah 25 persen, kemudian dihancurkan menjadi ukuran seragam sekitar 2-10 cm. RDF merupakan cara untuk mengolah sampah anorganik menjadi bentuk yang lebih kecil sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif untuk berbagai industri.
Namun demikian, Owen menekankan untuk nggak berhenti di hulu saja, tetapi penting pula upaya edukasi di hilir secara berkelanjutan kepada masyarakat, meskipun infrastruktur pengolahan sampah sudah tersedia.
Owen juga menyoroti sistem Deposit-Refund-System di Belanda. Dalam sistem ini, ketika membeli minuman botol, masyarakat perlu membayar sejumlah uang tambahan. Uang tersebut akan dikembalikan ketika mereka mengembalikan botol kosong ke mesin deposit. Dengan adanya kewajiban membayar deposit ini, konsumen termotivasi secara finansial untuk mengembalikan sampah guna mendapatkan kembali deposit mereka. Owen menjelaskan kalau sistem tersebut di bawah lindungan EPR (Extended Producer Responsibility), yaitu tanggung jawab produsen atas dampak lingkungan dari produk mereka di seluruh rantai produk, dari mulai desain sampai dengan pembuangan produk oleh konsumen.
Pentingnya Regulasi dan Edukasi
“Paling utama itu regulasi,” sebut Owen. Meskipun kesadaran masyarakat terbangun dan tindakan positif berhasil dilakukan, tanpa dukungan regulasi pemerintah, upaya tersebut hanya akan dilakukan oleh sebagian kecil orang. Oleh karena itu, regulasi pemerintah dan dukungan aktif sangatlah krusial.
Baca Juga: 3 Fakta Sampah Plastik versi Jerhemy Owen
Selain itu, edukasi turut menjadi kunci. Dari hulu ke hilir, masyarakat perlu diberikan pemahaman yang baik tentang pentingnya pengelolaan dan pemilahan sampah. Ini adalah upaya kolektif yang harus dilakukan bersama, dengan regulasi yang kuat dan edukasi yang menyeluruh sebagai landasan utamanya.
Terkait pengadaan infrastruktur pengurangan sampah, Owen menyoroti hal tersebut sangat mungkin dilakukan. Pun, banyak persoalan kesehatan berakar dari lingkungan dan biaya kesehatan bisa tinggi–terutama ketika melihat dampak negatif sampah terhadap manusia. Investasi dalam pengelolaan sampah menjadi investasi jangka panjang yang penting untuk masa depan. Pemerintah perlu mempertimbangkan hal ini bukan hanya untuk hari ini, tapi juga untuk masa depan.
Daur Ulang dan Pemilahan Sampah
Owen menceritakan pengalamannya di Denmark. Di sana, setiap rumah memiliki aturan sendiri terkait pembagian jenis sampah, dengan beberapa tempat umum bahkan menyediakan hingga 12 jenis tempat sampah yang berbeda. Pendekatan ini dimulai dengan adanya pemilihan beberapa jenis sampah, baru kemudian bertambah seiring waktu. Di Indonesia, prioritas utama dalam pengelolaan sampah adalah memisahkan organik, non-organik, plastik, dan kertas.
Melengkapi itu, kemungkinan daur ulang bergantung pada cara dan teknologi yang tersedia. Beberapa material lebih mudah didaur ulang menjadi barang baru, sementara yang lain mungkin lebih sulit. Namun, pendekatan seperti RDF (Refuse Derived Fuel) memungkinkan sebagian besar sampah untuk dijadikan bahan bakar, termasuk yang sulit untuk didaur ulang menjadi produk baru. Sampah organik, plastik, dan kertas umumnya dapat didaur ulang dengan relatif mudah, sementara sampah yang lebih kompleks mungkin memerlukan teknologi dan proses yang lebih canggih.
Komitmen Owen untuk Lingkungan
Kali ini Owen cukup optimis dengan kepedulian anak muda terhadap isu lingkungan. Menurutnya:
Menurut Owen, langkah-langkah sederhana seperti nggak membuang sampah sembarangan atau mematikan listrik saat nggak digunakan, dapat dilakukan dengan mudah oleh siapa pun. Ia juga membagikan pengalamannya tentang memisahkan sampah di rumah dan memberikannya kepada pemulung lokal sebagai contoh tindakan kecil namun bermanfaat. Owen berharap melalui konten seputar lingkungan yang ia buat, dapat menjadi awal kepedulian untuk bergerak dan turut andil dalam menjaga lingkungan.
Owen menyoroti pentingnya mengakui kalau setiap orang memiliki tingkat keterlibatan yang berbeda dalam lingkungan. Baginya, berkontribusi terhadap lingkungan nggak harus rumit–dapat dimulai dari hal terkecil. Yang terpenting adalah menemukan cara yang sesuai dengan kemampuan dan minat kita.
***
Dalam diskusi berlangsung lebih dari satu jam ini, Owen banyak berbagi mengenai inovasi infrastruktur pengelolaan sampah di Belanda yang mungkin dapat diterapkan di Indonesia. Ia juga membahas upaya-upaya edukasi lingkungan dan kebijakan yang perlu disesuaikan. Menurut TeMantappu, adakah upaya lain terkait isu lingkungan yang bisa dijalankan nggak, nih?
Media Sosial Jerhemy Owen
Owen telah membagikan banyak tanggapannya mengenai sejumlah isu lingkungan, termasuk polusi dan pengelolaan sampah. Untuk mendapatkan informasi lebih lanjut, ikuti akun media sosial Owen di bawah ini:
Artikel Terkait
- Arti Peduli Lingkungan Menurut Jerhemy Owen
- MantaView – Jerhemy Owen Berulang Tahun ke-21!
- Belajar untuk Peduli Lingkungan bersama dengan Jerhemy Owen, Mahasiswa Teknologi Lingkungan
- Cinta Lingkungan ala Jerhemy Owen – Ciliwung Cleanup sampai TPST Bantargebang
- Recycled Sandal by Pyopp Fledge x Owen
- Jerhemy Owen – Berbagi Waffle dan Minuman di Panti Asuhan dan TPST