Kamis lalu, 25 Juli, Jehian Sijabat atau Bang Ian, menjadi pembicara di acara internal PT PLN “Fun For Learning Series #23” dengan topik “Digital Marketing and IT Thriving Indicator.” Bang Ian membahas pentingnya digital marketing saat ini, khususnya KOL Marketing dan perannya dalam creator economy. Ia juga berbagi tips untuk memanfaatkan KOL Marketing secara efektif. Penasaran? Simak selengkapnya!
Halo, TeMantappu!
Dulu, sekitar 10 tahun yang lalu, digital marketing identik dengan kepemilikan akun media. Misalnya, “Kamu udah punya Facebook belum? Udah punya YouTube belum?” dan sebatas itu aja.
Nah, Bang Ian bilang kalau pertanyaan-pertanyaan kayak gitu udah nggak relevan lagi. Digital marketing tuh udah berkembang pesat, dan salah satu channel yang bisa kita eksplor adalah KOL Marketing.
Di acara internal PT PLN pada (25/7) yang bertajuk “Fun For Learning Series #23,” Bang Ian ngejelasin secara tuntas tentang KOL Marketing dalam konteks creator economy dan gimana partnership bisa bantu menjaga sustainability perusahaan. Banyak insight menarik dan tips berharga yang pasti sayang banget kalau dilewati.
Jadi, yuk, kita simak bareng-bareng pembahasan Bang Ian!
Table of Contents
Cara Baru dalam Digital Marketing: KOL Marketing dan Creator Economy
Bang Ian menjelaskan kalau digital marketing sebenarnya adalah cara untuk mendigitalisasi proses pemasaran. Jadi, kalau dulu kita promosi langsung dari pintu ke pintu (door-to-door), sekarang semua bisa dilakukan lewat smartphone masing-masing.
Bang Ian juga bilang, “Cara paling gampang untuk mengukur hasil digital marketing adalah dengan melihat impresi dan biaya yang dikeluarkan. Kita bisa melihat seberapa banyak orang yang melihat konten kita dan berapa biaya yang kita keluarkan untuk itu.” Jadi, kita bisa lebih mudah ngitung efektivitas campaign.
Makanya, content creator sekarang dianggap sangat menjanjikan. Content creator bukan cuma tentang orang-orang terkenal yang punya banyak followers, tapi lebih ke gimana cara mereka membuat konten yang menarik untuk audiens.
Bang Ian juga menambahkan, “Everyone is a content creator. Meskipun followers kita cuma seratus orang, kalau konten yang kita buat itu dikonsumsi oleh orang lain, kita udah jadi creator lewat POV (point of view) mereka.”
Jadi, content creating bukan lagi tugas eksklusif tim pemasaran atau social media. Setiap orang dalam organisasi, bahkan secara personal, bisa jadi content creator dan berkontribusi dengan cara mereka sendiri.
Baca Juga: Merawat Masa Depan Berkelanjutan dengan Literasi Media Sosial
Partnership untuk Keberlanjutan Bisnis
Bang Ian bilang, “Sebesar apapun perusahaan yang kita jalankan, bisnis yang sukses dan sustain butuh yang namanya partnership.”
Bang Ian menjelaskan partnership dengan cara yang simpel. “Kalau aku harus menjelaskan partnership dalam dua kata, aku bakal bilang ‘shared journey’,” kata Bang Ian.
Baca Juga: Jehian Sijabat: Rahasia Mantappu Corp. Bisa Partnership dengan 180+ Brand
Menurut Bang Ian, partnership itu kayak hubungan antara dua pihak. “‘Shared’ itu artinya kamu kerja sama dengan siapa, sedangkan ‘journey’ itu artinya untuk apa kita kerja sama. Jadi, kalau kamu mau ‘jalan’ bareng dengan si A, pertanyaannya jadi: Ke mana kita mau pergi? Naik apa? Jadi, ‘We partnered for a reason,’” jelas Bang Ian.
Ada salah paham yang sering terjadi soal partnership. Banyak yang mikir kalau, “Karena perusahaan punya budget, aku berhak mendapatkan partnership.” Padahal, menurut Bang Ian, seharusnya yang lebih penting adalah kebutuhan akan partnership itu sendiri. Jadi, seharusnya kita lebih fokus pada “Aku butuh partnership,” bukan cuma karena ada budget.
ASBIE: Cara Kerja Partnership
Gimana, sih, cara menjalankan partnership dengan baik?
Bang Ian ngenalin framework ASBIE, yang singkatan dari Assessment, Selection, Building, Implementation, dan Evaluation.
Pertama, Assessment berarti riset mendalam tentang calon partner, mencakup strengths, weaknesses, dan tujuan partnership-nya.
Kedua, Selection adalah memilih partner yang punya kelebihan yang saling melengkap (mutual-benefit), supaya kerja sama jadi lebih efektif.
Selanjutnya, di Building, kita bikin kesepakatan, set goals, dan bagi tugas masing-masing.
Setelah itu, Implementation and Management buat memastikan komunikasi tetap jelas, ada pengukuran kinerja, dan resolusi untuk konflik.
Terakhir, Evaluation and Renewal penting untuk secara rutin mengevaluasi dan menyesuaikan partnership agar tetap on track.
Dengan formula ASBIE ini, harapannya partnership yang dibangun bisa sukses dan dan menguntungkan semua pihak.
Baca Juga: Jerhemy Owen Bahas Peluang Green Job di Dunia Entertainment dan Digital
Yup, insight Bang Ian tentang KOL Marketing benar-benar bikin kita ngerti gimana strategi digital marketing bisa berkembang. Plus, framework ASBIE yang ngebantu di setiap langkah partnership. Sampai ketemu di artikel berikutnya, ya, TeMantappu!
Media Sosial Jehian Sijabat
Ikuti media sosial Bang Ian di bawah ini buat tahu update terbaru kegiatan lainnya!